Mergoyoso

MERGOYOSO

 

Mergoyoso adalah sebuah jembatan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di sekitar kecamatan Minggir yang termasuk kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah jembatan yang sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda. Jembatan ini menghubungkan antara Dusun Prapak Wetan dengan Dusun Sembuhan. Tempat ini letaknya terpencil dan tidak begitu banyak kendaraan yang melewatinya, namun nama Mergoyoso begitu melegenda bagi masyarakat di sekitarnya.

Nama Mergoyoso berasal dari dua kata yang berasal dari Bahasa Jawa yaitu mergo (margo) yang berarti jalan dan kata yoso yang berarti mempunyai/diusahakan. Jika diartikan nama Mergoyoso berarti jalan yang keberadaannya diusahakan oleh masyarakat.

Jembatan yang panjangnya kira-kira hanya 5 (lima) meter ini bukan bangunan yang melewati sebuah sungai yang besar  namun hanya melewati sebuah kali kecil.  Di masyarakat Jawa,  kali kecil disebut kalen  atau wangan. Pohon yang hijau tampak di sekitar jembatan yang menambah suasana semakin asri dengan diiringi beberapa nyanyian burung. Jalan berkelok dan menurun menuju ke jembatan menambah kawasan ini semakin mempesona. Keadaan jalan menurun dan berkelok tajam inilah yang menyebabkan di tempat ini sering terjadi kecelakaan.

Yang membuat nama Mergoyoso terkenal karena masyarakat di sekitar ini menganggap tempat ini sangat angker. Selain angker, di jembatan ini sering terjadi tindak kejahatan. Mungkin karena tempatnya yang terpencil dan sunyi sehingga terkesan angker dan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan aksi jahatnya. Kadang kala banyak orang yang mencari jalan lain daripada harus melewati jembatan Mergoyoso meskipun harus menempuh jarak yang lebih jauh. Apalagi di malam hari, orang akan semakin takut untuk melewatinya. Seiring dengan perkembangan zaman tempat ini tidak menakutkan lagi dan pada malam hari orang berani melewatinya.

Mergoyoso tampak pada siang hari dari sisi barat.

Mergoyoso tampak  dari sisi barat.

Beberapa Cerita di Mergoyoso

Ceita pertama berhubungan dengan hal gaib. Seorang penyewa sound system pernah diundang seseorang yang ingin punya hajatan. Sekitar tahun 80-an, di masyarakat Jawa  orang yang punya hajatan besar selalu menyewa sound system sebagai media hiburan.  Penyewa tersebut datang ke rumah si empunya hajatan hampir magrib dan hari sudah gelap. Ketika datang, rumah sudah ramai dikunjungi orang-orang. Tanpa curiga penyewa sound system memasang segala perangkat  dan setelah semua beres  segera ia membuyikan sound system sampai semalam suntuk. Pada  pagi hari sang pemilik sound system begitu terperangah karena dia bukan berada di rumah namun berada di samping rumpun bambu. Dia melihat ternyata peralatan dipasang pada sebuah rumpun bambu. Mengetahui hal tersebut segera dia membereskan peralatan yang tersangkut di rumpun bambu dan segera meninggalkan tempat tersebut. Dalam hati betanya-tanya apakah ia diundang oleh makhluk gaib. Rumpun bambu tempat kejadian tersebut persis berada di dekat jembatan Mergoyoso.

Cerita kedua adalah tindak kejahatan yang dialami oleh dua orang gadis. Dua orang gadis sedang pulang dari pasar Godean melewati jembatan Mergoyoso dengan mengendarai sepeda. Karena jalanan berkelok dan menurun dua gadis tersebut turun dan menuntun sepedanya. Tanpa di sadari tiba-tiba datang seseorang dan segera mengambil kalung yang dipakai oleh salah seorang gadis. Secepat kilat penjambret tadi berhasil melakukan aksinya dan sudah tidak terlihat sosoknya. Takut, gemetar, dan campur baur dengan perasaan lainnya dua gadis tadi segera meninggalkan  jembatan Mergoyoso.

Cerita yang ketiga terjadi sekitar tahun 2008 ketika Mergoyoso sudah sedikit ramai dan tidak terkesan angker. Cerita bermula ketika ada seorang bapak yang mengendarai sepeda motor baru pulang dari Jitar ke rumahnya di daerah Kebonagung. Tanpa diduga sama sekali tiba-tiba di tengah jembatan dicegat oleh seseorang yang berperawakan tegap dan besar. Bapak tersebut menghentikan motornya. Belum sempat bertanya apa maksud si pencegat sebilah pedang sudah berada di menempel di lehernya. Segera bapak tersebut menyerahkan semua uang dan kunci motornya. Tetapi sang pencegat menjawab,”Saya tidak butuh uang dan motormu, tetap hati-hati kamu!” Setelah berkata demikian si pencegat langsung menyarungkan pedangnya dan segera pergi dari tempat tersebut. Tak mau mengambil waktu lama-lama bapak tersebut melarikan motornya dan dalam  hati bertanya-tanya tentang peristiwa tersebut. Bapak tersebut merasa tidak mempuanyai masalah dengan siapapun dan tidak kenal dengan si pencegat.

Leave a comment