Dusun Jomboran Sendangagung Minggir

DUSUN JOMBORAN

Dusun Jomboran

Pintu Masuk Dusun Jomboran

Suasana dusun yang berada di penghujung selatan Sendangagung ini masih tampak hijau nan asri. Sawah hijau tampak menghampar berdampingan dengan dusun yang tenteram dan damai. Kehidupan masyarakat yang bersahaja sebagaimana kesederhanaan masyarakat pedesaan. Di pintu masuk dusun terdapat bangunan kecil yang terawat baik. Bangunan tersebut adalah gardu jaga peninggalan pemerintahan Kolonial Belanda. Keterawatan gardu menandakan bahwa masyarakat dusun sangat menghormati sejarah para pendahulunya.

Asal-usul Nama Jomboran

Pada awalnya daerah ini merupakan hutan belantara yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan besar. Seorang pengembara yang dikenal dengan nama Mbah Jombor beserta kerabatnya sampai di tempat ini. Mbah Jombor dibantu oleh kerabatnya membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal. Mbah Jombor juga membuka hutan untuk bercocok tanam. Lama-kelamaan daerah yang mulanya hutan berubah menjadi tempat pemukiman.

Mbah Jombor menetap di daerah ini sampai akhir hayatnya. Anak dan cucu Mbah Jombor bertambah banyak sehingga daerah tempat tinggal bertambah luas. Akhirnya daerah ini menjadi sebuah dusun yang penduduknya cukup banyak. Jika orang dari daerah lain ingin ke tempat ini selalu mengatakan “Jombor” meskipun Mbah Jombor sudah meninggal dunia. Lama-kelamaan kata “Jombor” menjadi biasa dan akhirnya daerah ini diberi nama Jomboran. Untuk menghormati Mbah Jombor, makamnya dirawat dengan baik oleh warga Dusun Jomboran.

Letak Geografis

Dusun Jomboran terdiri dari wilayah yaitu Dusun Jomboran, Tegalsari, dan Kisik Jomboran.  Dusun Jomboran terletak di daerah dataran rendah yang terdiri dari pemukiman dan area persawahan. Sedangkan Kisik Jomboran terletak di lembah Sungai Progo yang lebih rendah dibanding wilayah Jomboran dan Tegalsari.  Untuk menjangkau wilayah Kisik terdapat jalan menurun dari Jomboran. Letaknya yang berada di dekat sungai Progo menjadikan daerah ini sunyi jauh dari kebisingan kendaraan bermotor.

Dusun Jomboran berjarak sekitar 2,9 kilometer dari kantor Kepala Desa Sendangagung dan 3 kilometer dari kantor Kecamatan Minggir. Luas Padukuhan Jomboran 24,8 hektar yang terdiri dari area pekarangan seluas 15,3 hektar, area tegalan seluas 3,2 hektar,dan lahan pertanian seluas 6,3 hektar.

Batas-batas wilayah Dusun Jomboran berupa dusun yang lain di wilayah Sendangagung dan Sendangmulyo, sungai  dan persawahan. Batas-batas wilayah Dusun Jomboran adalah :

  1. Timur    : Dusun Menyolan (wilayah desa Sendangmulyo)
  2. Selatan : Sungai Progo
  3. Barat     : Sungai Progo
  4. Utara     : Dusun Nanggulan
Jomboran

Panorama sawah di Dusun Jomboran

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Jumlah penduduk Dusun Jomboran menurut pendataan pada tahun  2016 adalah  201 jiwa penduduk laki-laki dan 206 jiwa penduduk perempuan. Total jumlah penduduk kring 15 adalah 407 jiwa.  Jika dikelompokkan menurut usia maka dapat dibedakan dalam kelompok:

  1. Pelajar                        :    68 jiwa
  2. Usia Usia produktif :  206 jiwa
  3. Usia lanjut                 :   68 jiwa.

Dusun Jomboran dibagi menjadi dari dua Rukun Warga yaitu RW 33 dan RW 34. Wilayah dusun ini terdiri dari empat Rukun Tetangga. Masing-masing RW terdiri dari beberapa RT. Berikut pembagian wilayah pembagian RT :

  1. RW 33 terdiri dari RT 01 dan RT 02
  2. RW 34 terdiri dari RT 03 dan RT 04

Dalam perjalanan pemerintahan tingkat dusun, Jomboran pernah mengalami tiga kali pergantian kepala dusun.  Berikut ini adalah Dukuh yang  menjabat di Dusun Jomboran :

  1. Wignyo Sucipto
  2. Wagiyo Karjo Maryoto
  3. Sugiyono ( 2012 sampai sekarang)
Kisik

Daerah Kisik yang menjadi wilayah Jomboran

Program-program Dusun

Dalam menjalankan tugasnya, dukuh dan warga Jomboran mempunyai program-program yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan warganya. Program-program tersebut adalah :

  1. Pembangunan Infrastruktur : Pembangunan infrasruktur dusun meliputi pembangunan  jalan beraspal dan cor blok, pembuatan talud,  bronjong pengaman tebing, perbaikan rumah ibadat, dan perbaikan rumah tidak layak huni.
  1. Pembangunan Ekonomi : Pembangunan ekonomi warga akan dilakukan pembentukan usaha tani yang menekankan pada kesejahteraan anggotannya.
  1. Pembangunan Sumber Daya Manusia : Di bidang sumber daya manusia akan mengoptimalkan kegiatan Posyandu dan pelatihan keterampilan bagi warga.

Kegiatan Ekonomi.

Mata pencaharian warga Dusun Jomboran bervariasi. Profesi yang digeluti warga adalah sebagai pedagang, petani, buruh tani, pensiunan pegawai negeri dan TNI/Polri, serta usaha di bidang swasta. Sebagaian besar warga bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian di dusun ini sangat baik karena didukung oleh irigasi yang cukup memadai. Dalam setahun petani dapat melakukan tiga kali panen. Kadang kala petani harus menanggung gagal panen karena serangan hama tikus dan wereng.

Para  petani biasanya akan banyak kesibukan pada musim tanam dan panen. Untuk mengisi kesibukan, selain bertani masyarakat memanfaatkan waktu luang dengan membuat kerajinan. Kerajinan yang banyak diminati adalah anyaman besek. Selain bahan mudah baku berupa bambu yang mudah didapat, pemasaran besek sangat mudah. Pengrajin tidak perlu pergi ke pasar untuk menjual produknya, para pengumpul besek sudah berkeliling kampung untuk  menampung besek.

Jenis kerajinan lain yang banyak digeluti warga adalah anyaman tikar. Pada umumnya para penganyam adalah kaum perempuan. Jarang sekali para laki-laki yang menekuni anyaman tikar. Selain rumit, dibutuhkan kesabaran yang tinggi mengingat bahan dasar mendong ini mudah patah jika cuaca cukup panas. Hasil kerajinan tikar dijual ke Pasar Kebonagung setiap pasaran Pon dan Kliwon. Anyaman tikar dari daerah Sendangagung dikenal luas ke berbagai  daerah. Pada era tahun 1960-1980  hasil kerajinan tikar dipasarkan sampai ke daerah Banyumas, Jawa Tengah.

Catatan tentang Dusun Jomboran – Tegalsari

Setelah Indonesia merdeka Agresi Militer Belanda masih terus dilancarkan. Hal ini mendapatkan perlawanan dari rakyat dan Tentara Rakyat Indonesia. Dalam perlawanan tersebut banyak korban jiwa yang berjatuhan. Salah satu warga  yang meninggal bernama Boas. Atas perjuangan Boas yang turut mempertahankan kemerdekaan, maka pemerintah Indonesia menganugerahi tanda pejuang di makamnya. Di makam Boas diberi tanda bendera merah putih dan bertuliskan pejuang sebagai tanda penghormatan terhadap jasa Boas.

Dusun yang terletak di pinggiran Sungai Progo ini mempunyai panorama yang indah.  Pemandangan yang indah sebuah alam pedesaan dengan berlatar perbukitan Menoreh. Keindahan pemandangan ini merupakan potensi yang cukup baik untuk dikembangkannya wisata di Dusun Jomboran. Potensi wisata ini perlu penanganan khusus untuk mengembangkannya.

Harapan Warga 

Dalam bidang pembangunan infrastruktur, warga Dusun Jomboran mengharapkan agar pemerintah desa memperhatikan pembangunan berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan perekonomian. Di samping pembangunan fisik pemerintah melalui dinas terkait memperhatikan pendidikan dan karakter generasi muda. Secara karakter pemuda  di masa yang akan datang tanggap dan tangguh serta tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi.

Warga dusun juga mengharapkan agar pemerintah memperhatikan keberadaan tempat ibadat yang ada di dusun ini. Di Jomboran terdapat tiga tempat ibadah yaitu Gereja Kristen Kerasulan Baru, masjid, dan musholla. Warga dan pamong mengharapkan agar pemerintah memperhatikan keberadaan tempat ibadat. Tempat ibadat perlu sarana seperti kipas angin untuk menciptakan suasana dalam tempat ibadah terasa nyaman. Hal ini akan meningkatkan kualistas dalam hal religiusitas warga.

Sumber: Sugiyono (Dukuh Jomboran)

Dusun Nanggulan Sendangagung Minggir

DUSUN NANGGULAN

Nanggulan

Jalan menuju ke Dusun Nanggulan

Suara burung kadang masih membelah kesunyian di pagi hari. Terdengar juga suara ayam jantan turut menyambut datangnya sang mentari. Hawa dingin turut menyemarakan suasana di pagi hari.

Itulah sekelumit gambaran susana Dusun Nanggulan yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yoggyakarta. Di dusun yang sunyi ini pernah  menjadi lokasi pendidikan sekolah polisi darurat paska kemerdekaan. Rumah yang menjadi lokasi adalah milik keluarga R. Brodjo Setjo. Pernah pemerintah bermaksud menghadiahkan bangunan berupa monumen, yang akan dibangun di Nanggulan, tetapi demi kemanfaatan yang lebih luas, maka bangunan itu kemudian diwujudkan menjadi Gedung Serbaguna dan dibangun di komplek Balai Desa Sendangagung.

Asal-usul Nama Nanggulan

Berdasarkan penuturan para tetua di wilayah Nanggulan, nama dusun berasal dari cerita yang dituturkan secara turun-temurun. Dikisahkan ketika zaman surutnya kerajaan Majapahit, para hulu balang dan prajurit banyak yang melarikan diri ke wilayah barat. Perjalanan ke wilayah barat dipimpin oleh Kyai Tunggul Wulung.  Kyai Tunggul Wulung diringi oleh tiga kerabatnya yaitu Kyai Kelir, Kyai Nanggul, dan Nyai Grunggung. Sampailah rombongan di daerah Diro yang sekarang masuk wilayah Sendangmulyo. Kyai Tunggul Wulung tinggal di Diro sedangkan Kyai Kelir berdiam di Kliran, dan Nyai Grunggung di Tengahan.

Kyai Nanggul  mendiami daerah yang asri di tepi sungai Progo. Daerah tersebut berada di sebelah barat Diro yang menjadi pusat daerah perdikan di kala itu. Kyai Nanggul bercocok tanam dan berdiam di tempat baru sampai beliau wafat. Sebagai penghormatan kepada Kyai Nanggul, tempat ini diberi nama Nanggulan. Kyai Nanggul dikebumikan di makam umum yang letaknya di penghujung dusun bagian utara. Sebelum masa kemerdekaan Nanggulan adalah sebuah wilayah kalurahan yang meliputi wilayah Tengahan, Dukuhan, Sawo, Nanggulan, Tegalsari, dan Jomboran. Kini Nanggulan menjadi salah satu wilayah dusun di Desa Sendangagung.

Makam

Makam Jaha tempat Kyai Nanggul disemayamkan

Kondisi Geografis

Wilayah Dusun Nanggulan terdiri dari area pemukiman, persawahan, tegalan, dan bibir tanah miring di tepi sungai Progo. Dusun Nanggulan seolah terbagi dua yaitu bagian timur dan bagian barat dengan jalan sebagai pembatas. Tanah persawahan sangat cocok ditanami berbagai jenis padi. Sepanjang tahun pertanian tidak akan berhenti karena cadangan air yang cukup untuk kegiatan pertanian.

Jika diukur dari atas permukaan laut, kira-kira ketinggian daerah ini sekitar 150 meter. Daerah yang termasuk dataran rendah dan di bagian barat padukuhan terdapat Sungai Progo yang menjadi salah satu batas dusun. Dari kantor Kecamatan Minggir kira-kira berjarak sekitar 1 km.

Batas dusun berupa sawah, sungai, dan wilayah dusun lain. Berikut batas-batas Dusun Nanggulan :

  1. Timur : Desa Sendangmulyo
  2. Selatan : Dusun Jomboran
  3. Barat : Sungai Progo
  4. Utara : Dusun Dukuhan
SD Sendangagung

SD Sendangagung terletak di Dusun Nanggulan

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Data yang diambil pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Dusun Nanggulan sebanyak 650 jiwa yang terdiri dari 314 penduduk laki-laki dan 336 penduduk perempuan. Menurut golongan usia penduduk dikelompokan dalam :

  1. Pelajar                     :   58 jiwa
  2. Mahasiswa             :   16 jiwa
  3. Usia produktif       :   72 jiwa
  4. Usia lanjut              : 105 jiwa

Dusun Nanggulan dibagi menjadi dari tiga Rukun Warga yaitu RW 30, RW 31, dan RW 32. Pembagian wilayah RW yang ada di Dusun Nanggulan berdasarkan wilayah yang ada di padukuhan ini. Berikut RW yang ada di Dusun Nanggulan :

  1. RW 30 terdiri dari RT 01 dan 02
  2. RW 31 terdiri dari RT 03 dan 04
  3. RW 32 terdiri dari RT 05 dan 06

Roda pemerintahan di Dusun Nanggulan menjadi tanggung jawab dukuh. Dukuh bertanggung jawab terhadap rakyat yang memilihnya dan Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan di jajajaran pemerintah yang lebih atas. Di Dusun Nanggulan baru terjadi dua kali pergantian dukuh. Tidak seperti dusun lain yang sudah lebih dari dua kali pergantian. Dukuh yang pernah menjabat dan sekarang yang menjabat di Nanggulan adalah :

  1. Suyid
  2. Susardi (sekarang menjabat)

Program-program Dusun

Program Dusun adalah landasan yang digunakan warga Nanggulan dalam membangun dusun. Program tersebut dibagi menjadi tiga yaitu program jangka pendek, program jangka menegah, dan program jangka panjang.

  1. Program jangka pendek : Pengaspalan jalan
  1. Program jangka menengah : Pembangunan talud jalan
  1. Program jangka panjang : Pembangunan drainase

Kegiatan Ekonomi

Petani merupakan pekerjaan utama bagi warga Dusun Nanggulan. Pekerjaan yang ditekuni secara turun-temurun. Petani di Nanggulan banyak membudidayakan tanaman padi. Jenis padi yang di tanam rata-rata berumur  3-4 bulan. Adapula warga yang menekuni pertanian di pekarangan dan ladang. Jenis tanaman yang cocok ditanam di ladang adalah singkong dan jagung.

Di sela-sela kesibukan, salah satu kegiatan yang bernilai ekonomi adalah membuat kerajinan. Jenis kerajinan yang ditekuni adalah besek dan tikar mendong. Sayang sekali kedua jenis kerajinan tersebut sudah kalah dengan produk pabrik yang berbahan dasar plastik. Di tengah membanjirnya produk berbahan dasar plastik, warga Nanggulan masih menekuni kerajinan berbahan dasar bambu dan mendong meskipun nilai jualnya murah.

Beberapa warga berusaha dalam bidang makanan ringan. Produk makanan yang sudah dapat dipasarkan di beberapa pasar tradisional dan warung adalah tempe dan peyek. Tempe yang berbahan dasar kedelai merupakan khas bagi warga pedesaan. Tempe hasil dari warga Nanggulan dijual di Pasar Kebonagung. Peyek khas Nanggulan sudah mengalami pembaharuan dalam hal kemasan sesuai selera pasar.

Serba-serbi Dusun Nanggulan

Dusun Nanggulan mempunyai jasa yang besar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jasa ini tidak hanya dipandang sebelah mata saja, namun semangat pengorbanan juga ditunjukan oleh warganya. Dusun ini pernah menjadi lokasi pendidikan sekolah polisi darurat pada masa setelah kemerdekaan. Warga menyediakan diri sukarela untuk memberikan tempatnya sebagai tempat sekolah polisi.

Sekolah polisi pertama kali didirikan di Sukabumi, Jawa Barat. Pada tahun 1946 sekolah polisi pindah ke Mertoyudan yang termasuk wilayah Magelang, Jawa Tengah. Pada waktu sekolah polisi digempur oleh Belanda, maka sekolah kepolisian pindah ke bangunan susteran di Jalan Senopati Yogyakarta. Kota Yogyakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia diserang oleh Belanda, sekolah kepolisian pindah ke daerah pedesaan tepatnya di Nanggulan.

Selain berjasa bagi perjuangan bangsa, di wilayah Nanggulan digunakan sebagai tempat  untuk parade paralayang. Parade paralayang diselenggarakan di sekitar Sungai Progo yang masuk ke dalam wilayah Nanggulan. Parade ini merupakan potensi wisata di daerah Nanggulan. Perlu keseriusan untuk mengadakan parade secara berkala sehingga menjadi daya pikat bagi orang yang akan berkunjung ke Nanggulan.

Harapan Warga Nanggulan

Harapan warga Nanggulan kepada pemerintah Desa Sendangagung yakni supaya Desa Sendangagung semakin maju dan berkembang baik dalam pembangunan infrastruktur. Pemerintah desa juga semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tiap-tiap dusun.

Sumber: Susardi (Dukuh Nanggulan)

Dusun Dukuhan Sendangagung Minggir

DUSUN DUKUHAN

Tayub

Tayuban di Dusun Dukuhan  Sumber gambar : http://mediakawasanonline.blogspot.co.id

 

 

Dusun Dukuhan tidak lepas dari tradisi Tunggul Wulung dan tayub. Tradisi yang sudah mengakar dan berlangsung lama ini tidak lepas dari tokoh legendaris yaitu Kayai Tunggul Wulung. Menurut kisah warga Dukuhan, Kyai Tunggul Wulung merupakan tokoh kharismatik yang dipercaya dapat mendatangkan berkah bagi warga Dukuhan dan sekitarnya. Untuk menghormati keberadaan Kyai Tunggul Wulung maka setiap tahun selalu diadakan merti dusun.

Merti dusun dilaksanakan setiap setahun sekali sehabis panen pada bulan Agustus. Upacara merti dusun selalu dilaksanakan setiap hari Jumat Pon yang sudah menjadi agenda wisata dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman sejak tahun 1988 sampai dengan sekarang. Merti dusun ini diadakan sejak dulu ini bertujuan mensyukuri nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki yang diterima. Dalam upacara merti dusun juga berisi doa permohonan agar tahun yang akan datang lebih baik dan terhindar dari mara bahaya.

Dalam upacara merti dusun selalu dipentaskan tayub. Pementasanya setiap tahun terkemas dalam upacara adat Ki Ageng Tunggul Wulung, dimana kesenangan Ki Ageng Tunggul Wulung menurut pendahulu warga Dukuhan adalah Seni Tayub. Kelompok Seni Tayub Sontit Kawilujengan adalah wadah untuk melestarikan seni tayub sebagi penerus generasi terdahulu.

 

Asal-usul Nama Dukuhan

Dusun Dukuhan pada masa sebelum kemerdekaan termasuk ke dalam Kalurahan Nanggulan. Di wilayah ini tediri dari tiga dusun kecil-kecil. Ketiga dusun kecil itu adalah Tengahan Bagian Selatan, Sawo, dan Talun. Setelah terbentuknya Desa Sendangagung ketiga wilayah ini bergabung menjadi satu wilayah administratif yaitu Dusun Dukuhan.  Untuk mempermudah administrasi kependudukan kemudian ditunjuk kepala dusun atau dukuh. Dukuh pertama Dusun Dukuhan bernama Sastro Widjojo. Beliau adalah salah satu tokoh terpelajar dan termasuk orang yang berada.

Rumah Sastro Widjoyo berada di Dusun Tengahan Bagian Selatan. Rumah yang besar dan halamannya yang luas pada waktu itu selalu dijadikan pusat kegiatan dusun seperti kenduri, musyawarah, pentas seni, upacara merti dusun, coblosan dan lain sebagainya. Ketika ada warga yang hendak pergi ke rumah Sastro Widjoyo ditanya oleh warga yang lain, jawabnya selalu ingin ke “Dukuhan”. Karena kata “Dukuhan” sering diucapkan oleh warga, lama-kelamaan daerah Tengahan Bagian Selatan dinamakan Dusun Dukuhan.

Itulah sekelumit cerita tentang asal-usul nama Dukuhan yang muncul setelah masa kemerdekaan. Jika nama padukuhan lain diambil dari nama tokoh cikal bakal yang mendiami padukuhan tersebut lain halnya dengan nama Dukuhan. Nama Dukuhan berasal dari sebutan yang sering diucapkan oleh warga untuk menunjuk letak rumah dukuh sebagai pimpinan dusun.  Warga sering menyebut letak rumah dukuh yang terletak di daerah Tengahan bagian selatan dengan sebutan Dukuhan yang artinya tempat tinggal dukuh. Itulah yang menjadi rujukan tentang asal-usul nama Dukuhan.

Gardu Ronda

Gardu Ronda di Dusun Sawo wilayah Dusun Dukuhan

Letak dan Kondisi Geografis

Letak Dusun Dukuhan berada 23 kilometer dari kota Yogyakarta ke arah barat. Dukuhan berjarak sekitar  800 meter dari kantor Desa Sendangagung. Kondisi geografis Dusun Dukuhan berupa tanah persawahan dan kolam ikan gurami di sisi sebelah timur, pemukiman warga, tegalan tanah kas desa, lembah kali Gedang di sebelah selatan dan berupa tanah pertanian/kehutanan terasiring di sebelah barat sampai ke tepi sungai Progo.

Batas dusun berupa sawah, sungai, dan wilayah dusun lain. Berikut batas-batas Dusun Dukuhan :

  1. Timur : Dusun Diro
  2. Selatan : Dusun Nangulan
  3. Barat :Sungai Progo
  4. Utara : Dusun Tengahan XII

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Dalam pendataan yang diadakan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Dukuhan sebanyak 195 penduduk laki-laki dan 238 penduduk perempuan. Jadi jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 433 jiwa. Menurut golongan usia penduduk dikelompokan dalam :

  1. Pelajar :   25 jiwa
  2. Mahasiswa    :     7 jiwa
  3. Usia produktif : 289 jiwa
  4. Usia lanjut : 112 jiwa

Wilayah Dukuhan dibagi menjadi dari dua Rukun Warga yaitu RW 28 dan RW 29. Pembagian wilayah  RW yang ada di Dukuhan berdasarkan wilayah yang ada di dusun ini. Berikut RW yang ada di Dusun Dukuhan :

  1. RW 28 terdiri dari RT 01 dan 02
  2. RW 29 terdiri dari RT 03, 04, dan 05

Dukuh sebagai kepala padukuhan merupakan salah satu pimpinan yang dipilih langsung oleh rakyat. Sistem pemilihan dukuh secara langsung merupakan hak demokrasi rakyat untuk memilih pimpinan di tingkat dusun. Di Dukuhan telah terjadi tiga kali pergantian pucuk pimpinan di tingkat dusun. Dukuh yang pernah menjabat dan sekarang yang menjabat di Dusun Sukuhan  adalah :

  1. Sastro Widjoyo (1948 – 1992)
  2. Asruri (1992 – 2006)
  3. Heru Siswanto             (2006 sampai sekarang)

Program-program Dusun

Program pembangunan di Dusun Dukuhan disusun dalam jangka waktu lima tahun. Program ini dikelompokkan dalam infrastruktur, sarana kesehatan, pemberdayaan lingkungan, bidang seni budaya, pemberdayaan SDM dan perekonomian, pendidikan dan agama.

  1. Pembangunan infrastruktur
  2. Pengerasan jalan
  3. Pembangunan talud jalan
  4. Pembangunan drainase
  5. Pemanfaatan air bersih
  6. Pembangunan gapura
  7. Pemugaran pos ronda
  8. Pembangunan gudang lumbung pangan
  9. Pembangunan pagar makam
  10. Pembangunan sarana kesehatan
  11. Pangadaan MCK
  12. Pembuatan sumur resapan
  13. Bak dan gerobak sampah
  14. Posyandu
  15. Pemberdayaan lingkungan
  16. Penanganan lahan kritis sungai Progo
  17. Intensifikasi lahan pekarangan
  18. Penghijauann dan tamanisasi warga
  19. Bidang seni budaya
  20. Upacara adat Tunggul Wulung
  21. Pembuatan panggung kesenian
  22. Pembinaan kelompok kesenian
  23. Pengadaan dan pemeliharaan alat kesenian
  24. Pemberdayaan SDM dan ekonomi warga
  25. Pelatihan keterampilan ibu-ibu PKK dan penguat modal
  26. Penguat modal kelompok tani kehutan Lestari Bumi
  27. Penguat modal kelompok ternak kambing
  28. Penguat modal kelompok tani perikanan Mino Tumangkar
  29. Optimalisasi kelembagaan padukuhan (RT, RW, KKLPMD dan PKK)
  30. Pelatihan keterampilan pemuda
  31. Pengadaan sarana pertanian untuk kelompok tani
  32. Pendidikan dan keagamaan
  33. Pembangunan gedung PAUD dan fasilitasnya
  34. Perawatan dan pemugaran Masjid Timoho
  35. Perawatan dan pemugaran Masjid Luhur Tunggal
  36. Perawatan dan pemugaran Masjid Al Muta’alim

Kegiatan Ekonomi

Mayoritas penduduk Dukuhan bekerja di bidang agraris yaitu dengan mengolah sumber daya alam yang tersedia untuk dimanfaatkan hasilnya. Terbukti adanya beberapa kelompok kemasyarakatan bergerak di bidang agraris untuk kesejahteraan anggotanya. Dengan pembinaan dari PPL Kecamatan Minggir sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan sangat berkembang di dusun Dukuhan. Gapoktan Ngudi Makmur, Kelompok Tani Kehutanan Lestari Bumi, dan Kelompok Tani Ikan Mino Tumangkar adalah wadah warga masyarakat mengembangkan diri dengan mengolah sumber daya ekonomi yang ada di dusun Dukuhan.

Bahkan untuk Kelompok Tani Ikan Mino Tumangkar kiprahnya dalam pembibitan ikan gurami sudah tingkat Nasional. Penghargaan yang pernah diperoleh adalah juara harapan II, Lomba Budidaya Ikan Gurami Tingkat Nasional pada tahun 2007 yang aset kekayaan kelompok lebih dari Rp 250.000.000,00. Sedangkan untuk kelompok tani kehutanan Lestari Bumi luas lahan yang ditanami tanaman keras pohon jati, mahoni dan sengon laut sekitar 6.000 m2, dan sudah mendapat pengukuhan dari pemerintah desa Sendangagung pada tahun 2008.

Di samping sebagai petani, pengrajin, pedagang dan tukang beberapa penduduk Dukuhan  juga bekerja di bidan formal seperti PNS, guru dan polisi walaupun jumlahnya hanya beberapa saja. Hasil produksi dari Dukuhan berupa hasil pertanian, perkebunan, peternakan, kerajinan dipasarkan di pasar-pasar seputar Sendangagung, seperti Pasar Kebonagung, Pasar Balangan, Pasar Ngijon bahkan sampai Pasar Kenteng dan Pasar Dekso di Kulon Progo. Hasil perikanan pembeli datang sendiri ke kelompok, bahkan kelompok sampai kewalahan melayani pembelian bibit karena hasil produksi bibit gurami dari kelompok tani Mino Tumangkar tergantung dari musim.

Akses jalan dan akses perekonomian menuju dan keluar Dukuhan saat ini sudah bagus dan sudah berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Sebelum dibangunnya jembatan Ngapak dan jembatan Kreo yang menghubungkan Kabupaten Sleman dengan kabupaten Kulon Progo, warga Dukuhan yang ingin bepergian ke pasar Dekso maupun pasar Kenteng menyeberang Sungai Progo menggunakan gethek atau rakit yang berada di Timoho dan  Kreo. Walaupun jasa perahu satangan ini yang mengusahakan penduduk Kulon Progo tapi keberadaannya sangat membantu warga Sendangagung, khususnya warga Dukuhan. Warga yang ingin bepergian ke Kulon Progo tinggal menuju ke Timoho kemudian membunyikan kentongan sebagai penanda ada warga yang mau menyeberang.

Adanya program pemerintah PNPM Mandiri juga ikut andil dalam membangun perekonomian warga Dukuhan, program yang dirasakan warga antara lain: lantainisasi, cor blok jalan, talud, jamban, dan simpan pinjam. Dari program ini banyak warga yang tertolong khususnya warga miskin yang berdampak pada semakin sejahteranya warga Dukuhan.

Mino Tumangkar

Budidaya ikan Mino Tumangkar

Produk unggulan Dukuhan XIII adalah :

  • Di bidang Perikanan yaitu benih Gurami Soang, yang telah terbukti unggul dalam pemeliharaan yaitu pertumbuhan yang cepat dan tahan penyakit. Benih ini dikembangkan dan diproduksi oleh Kelompok Tani Ikan Mino Tumangkar, dimana salah satu anggotanya terpilih sebagai narasumber dan sebagai trainer di bidang pembenihan gurami Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, yaitu Mardiyo dari dusun Sawo.
  • Di bidang Kerajinan, ada anyaman mendong berupa tikar, besek, sangkar burung dan perabot dari anyaman bambu seperti pyan, kerai, dan kursi tamu dari bambu. Khusus untuk sangkar burung produksi berdasar pesanan.
  • Dibidang Pariwisata ada :
  1. Wisata religius berupa :
  • Masjid Tua Timoho
  • Petilasan Tunggul Wulung
  1. Wisata budaya berupa Upacara Adat Tunggul Wulung dengan agenda utama :
  • Kirab bergada Tunggul Wulung
  • Pentas seni Tayub Sontit Kawilujengan
  • Pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Sumber : Heru Siswanto (Dukuh Dukuhan)

Dusun Tengahan XII Sendangagung Minggir

DUSUN TENGAHAN XII

Dusun Tengahan XII

Pintu gerbang Dusun Tengahan XII

Satu keistimewaan Dusun Tengahan XII adalah seni wayang thengul. Satu-satunya daerah yang masih terdapat seni wayang thengul di daerah Sleman bagian barat. Wayang thengul adalah pertunjukan dengan menggunakan boneka kayu ataupun golek. Pada era 1970-an, seni pertunjukkan wayang thengul sangat diminati oleh warga. Namun sayang tidak ada meneruskan keahlian memainkan wayang thengul. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun hilang dari kazanah seni tradisional di Desa sendangagung.

Dusun Tengahan berada di wilayah Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti dusun yang lainnya mengalami perkembangan baik dalam pembangunan fisik dan sumber daya manusianya. Taraf kehidupan masyarakat tumbuh beriring dengan meningkatnya taraf pendidikan warganya.

Kondisi Geografis

Sebagian besar dusun ini berupa dataran rendah yang terdiri dari kampung sebagai tempat tinggal warga. Di bagian barat wilayah dusun berupa dataran miring di tepian Sungai Progo. Banyak jenis tumbuhan yang hidup di sepanjang tepian Sungai Progo. Beberapa jenis bambu seperti apus, ori, ampel,  wulung, legi,  dan petung tumbuh dengan subur.  Bambu apus digunakan oleh warga untuk membuat kerajinan seperti besek, bakul, tampah, dan tenggok.  Bambu  wulung digunakan untuk membuat gedhek untuk dinding rumah. Bambu jenis ori dan ampel biasanya digunakan warga untuk kayu bakar. Bambu petung digunakan sebagai bahan bangunan pengganti kayu.

Tanaman yang dimanfaatkan batang kayunya yang tumbuh di pakarangan bermacam-macam jenisnya. Beberapa jenis tumbuhan  yang dimanfaatkan kayunya adalah munggur atau trembesi, jati kebon, nangka, sengon, waru gunung, kelapa, dan sengon laut.  Jika membangun rumah warga cukup menebang pohon yang ada di pekarangan.

Luas wilayah Dusun Tengahan XII 29,45 hektar. Wilayah pekarangan yang dipergunakan sebagai untuk perumahan adalah 10,50 hektar. Luas area yang dipergunakan untuk sawah seluas 18,95 hektar. Dengan melihat data luas wilayah dusun, maka wilayah yang dipergunakan untuk sawah lebih luas dari pada area pemukiman.

Batas-batas dusun berupa sawah, dusun lain, jalan, dan sungai. Batas-batas Dusun Tengahan XII adalah :

  1. Timur : Dusun  Brajan
  2. Selatan : Dusun Dukuhan
  3. Barat : Sungai Progo
  4. Utara : Dusun Tengahan XI

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Berdasarkan pendataan penduduk yang dilakukan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Dusun Tengahan XII ada 287 jiwa penduduk laki-laki dan  297 jiwa penduduk perempuan. Jadi jumlah kesuluruhan penduduk  Dusun Tengahan XII sebanyak 484 jiwa. Pengelompokan penduduk menurut usia dapat dibedakan :

  1. Pelajar             :    87 jiwa
  2. Mahasiswa :      7 jiwa
  3. Usiaproduktif :  278 jiwa
  4. Usialanjut :  142 jiwa.

Dusun Tengahan XII dibagi menjadi dua Rukun Warga yaitu RW 26 dan RW 27. Pembagian wilayah RW yang ada di Dusun Tengahan XII berdasarkan wilayah yang ada di dusun ini. Berikut RW yang ada di Dusun Tengahan XII :

  1. RW 26 terdiridari RT 01 dan RT 02
  2. RW 27 terdiridari RT 03 dan RT 04

Yang menjadikan istimewa dusun ini adalah satu-satunya dusun yang dukuhnya dijabat oleh seorang  perempuan. Dalam sejarah perjalanan pemerintahan di Desa Sendangagung, baru pertama kalinya dukuh di Desa Sendangagung dijabat oleh seorang perempuan. Sejak terbentuknya DusunTengahan XII,  baru dua dukuh yang menjabat di dusun ini. Dukuh yang pernah menjabat dan sekarang sedang menjabat adalah :

  1. Hardjo Suprapto
  2. Sulasmiyati (sekarang sedang menjabat)

 

Kegiatan Ekonomi

Untuk menopang kehidupan ekonomi sebagian besar warga Dusun Tengahan XII menggantungkan hidup dengan menggeluti dalam sektor pertanian. Pertanian yang  telah lama digeluti dengan mengalami proses intensifikasi pertanian. Masyarakat Dusun Tengahan XII dulu banyak yang memelihara kerbau. Bukan diambil dagingnya namun kerbau dimanfaatkan tenaganya dalam menunjang usaha pertanian. Tenaga kerbau digunakan untuk membajak sawah. Seiring perkembangan zaman tenaga kerbau digantikan dengan tenaga mesin traktor.

Secara turun-temurun sebagian besar jenis pertanian yang digeluti warga adalah pertanian padi. Irigasi yang lancar dan jenis tanah di daerah Sendangagung yang subur merupakan alasan penduduk dusun ini untuk terus menekuni pertanian padi. Di samping padi ada sebagian penduduk yang menanam lombok, jagung, singkong, dan komoditas  lainnya.

Warga Dusun Tengahan XII juga menekuni kerajinan tangan  termasuk kerajinan tradisional. Pengerjaan dan bentuk kerajinan juga masih sangat konvensional. Salah satu hasil kerajinan adalah besek. Jenis kerajinan besek ini bentuknya tidak mengalami perubahan sehingga daya jualnya pun masih terbilang rendah. Jenis kerajinan ini hanya sebagai sambilan ketika petani dalam masa menunggu panen tiba.

Selain menekuni kerajinan dan pertanian beberapa warga berprofesi sebagai tukang bangunan, pegawai swasta, pedagang tradisional, dan pegawai negeri. Di tengah pembangunan infraktruktur dan pembangunan tenaga tukang sangat dibutuhkan. Warga Dusun Tengahan XII memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menjadi tukang bangunan di berbagai proyek pembangunan seperti toko, gudang, perumahan, dan pusat perbelanjaan.

Sumber: Sulasmiyati (Dukuh Tengahan XII)

Dusun Tengahan XI Sendangagung Minggir

Togor

Togor sebagai Penanda Dusun Tengahan XI

Suara bendhe yang bertalu terdengar dari dusun yang sunyi dan asri ini. Suara bendhe mengiringi jejogetan jathilan. Suara kadang sayup terdengar terbawa angin yang bertiup. Sebuah seni tradisi yang masih lestari di dusun yang masih hijau oleh pepohonan.

Selain seni tradisi, kehidupan warga yang sebagian besar menekuni pertanian ini tampak sumringah menjalani aktivitasnya. Caping dan sabit tak ketinggalan ketika petani mulai berangkat. Tampak pula ibu-ibu yang menggendong hasil panen berupa panenan padi dan hasil palawija dengan langkah yang penuh syukur. Itulah gambaran Dusun Tengahan XI, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir.

Asal-usul Nama Tengahan

Tengahan dalam Bahasa Jawa berarti letaknya yang berada di tengah. Menurut cerita yang dikisahkan seorang warga nama Tengahan bertalian dengan letak geografis wilayah dusun ini. Dahulu terdapat tiga tokoh besar yang menjadi cikal bakal penduduk  di daerah Sendangagung. Ketiga tokoh tersebut adalah Kyai Kelir berada di wilayah utara, Kyai Tunggul Wulung di tengah, dan Kyai Nanggul mendiami daerah di sebelah selatan. Karena letak dusun ini berada di tengah antara wilayah utara dan selatan maka daerah ini diberi nama Tengahan.

Sebelum tahun 1946, dusun ini masuk dalam wilayah Kalurahan Kliran. Baru setelah terbentuk Desa Sendangagung maka wilayah ini ditetapkan sebagai Dusun Tengahan XI.  Dalam perkembangannya  Tengahan terbagi menjadi dua wilayah yaitu Tengahan XI dan Tengahan XII. Secara administratif kedua wilayah ini berbeda, namun  secara hubungan sosial budaya warga masyarakat masih melakukan kegiatan bersama.

Kondisi Geografis

Luas Dusun Tengahan XI adalah 22,650 hektar dengan luas lahan pertanian  11 hektar dan lahan pemukiman seluas 11,650 hektar.  Tengahan XI berada di sebelah barat daya Kantor Kepala Desa Sendangagung. Jika ditempuh dari pusat kota Kantor Kecamatan Minggir berjarak sekitar satu km. Di sebelah barat padukuhan terdapat tegalan yang ditanami tebu dan di ujung terdapat bibir jurang sungai Progo yang terdapat air terjun kecil. Masyarakat setempat mengenal daerah ini dengan nama Curah. Istilah curah dalah bahasa Jawa berarti air terjun.

Di bagian paling barat terdapat wilayah kecil yang dikenal dengan nama Besil. Belum diketahui dengan pasti asal-usul nama Besil. Letak Besil berada di sebelah timur Curah. Di sebelah utara dusun terdapat sawah yang subur dan berbentuk sengkedan. Antara Tengahan XI dan Kliran X terdapat sungai kecil atau masyarakat setempat menyebutnya dengan nama kalen. Aliran air ini yang muaranya membentuk air terjun kecil yang disebut Curah.

Batas dusun berupa sawah, sungai, dan wilayah padukuhan lain. Berikut batas-batas Dusun Tengahan :

  1. Timur : Jalan desa
  2. Selatan : Dusun Tengahan XII
  3. Barat : Sungai Progo
  4. Utara : Dusun Kliran IX
Dusun Tengahan

Dusun Tengahan XI tampak dari sisi utara

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk  Tengahan sebanyak 312 jiwa yang terdiri dari 196 penduduk laki-laki dan 216 penduduk perempuan. Menurut golongan usia penduduk dikelompokkan dalam :

  1. Pelajar :   62 jiwa
  2. Usia produktif : 185 jiwa
  3. Usia lanjut :   95 jiwa

Padukuhan Tengahan  XI dibagi menjadi dari dua Rukun Warga yaitu RW 24 dan RW 25. Pembagian wilayah RW yang ada di Tengahan XI berdasarkan wilayah yang ada di padukuhan ini. Berikut RW yang ada di Padukuhan Tengahan XI :

  1. RW 24 terdiri dari RT 01 dan 02
  2. RW 25 terdiri dari RT 03 dan 04

Warga sangat antusias jika memilih dukuh sebagai dukuh sebagai kepala dusun. Hal ini terlihat begitu meriahnya pemungutan suara untuk memilih dukuh yang baru. Tentu saja setiap warga memilih sesuai dengan pilihan masing-masing. Namun, jika sudah ada dukuh yang terpilih mereka kembali bahu-membahu membangun Dusun Tengahan. Dukuh yang pernah menjabat dan sekarang yang menjabat di Tengahan XI adalah :

  1. Roebejo (1940 – 1947)
  2. Moengsi Soewitodidjono (1947 – 1971)
  3. Suparmohadi (1972 – 2013)
  4. Supardi (2014 sampai sekarang)

 

Menurut kisah para sesepuh, Dukuh Roebejo meninggal pada tahun 1947 disebabkan hanyut di sungai Progo. Beliau meninggal karena melarikan diri dari kejaran tentara Belanda. Peninggalan Roebejo sebagai dukuh yang menjabat pertama kali adalah sebuah kentongan kayu. Kenang-kenangan untuk warga Tengahan XI yang berupa kentongan tersebut masih dipergunakan untuk menggumpulkan warga. Setiap kentongan berbunyi seluruh warga Tengahan XI teringat Roebijo yang meninggal karena tidak mau tunduk kepada Belanda.

Program-program Dusun

Program dusun adalah landasan yang digunakan warga Tengahan XI  dalam membangun  dusun. Program-program yang dicanangkan di Dusun Tengahan XI adalah :

  1. Program jangka pendek : Mengaktifkan kegiatan padukuhan seperti Karang Taruna, PKK, KKLPMD, dan kegiatan RT-RW.
  1. Program jangka menengah : Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada di padukuhan seperti pos ronda dan sarana oleh raga.
  1. Program jangka panjang : Membangun kepekaan terhadap semua lapisan masyarakat dengan harapan menumbuhkan kepedulian dari semua lapisan sehingga terbentuk kerja sama dalam segala hal untuk mewujudkan perubahan pola pikir.

Sarana yang Terdapat di Dusun

Di Kring 11 terdapat sarana pendidikan yaitu TK dan SD Muhammadiyah. Letaknya berada di dalam dusun dan tidak di jalan utama desa. Namun demikian, TK dan SD Muhammadiyah Tengahan sangat diminati warga Sendangagung karena kualitas pendidikan yang sangat baik. Siswa yang mendaftar ke TK dan SD Muhammadiyah adalah warga di seluruh Desa Sendangagung bahkan dari wilayah desa yang lain.

SD Muhamadiyah Tengahan

SD Muhammadiyah Tengahan

Sarana yang lain adalah sebuah bangunan Masjid Dalil yang merupakan tempat ibadah bagi umat muslim. Setiap hari Jumat masjid ini selalu dipadati warga untuk melaksanakan sholat Jumat. Selain sebagai tempat untuk berdoa, pengeras suara di masjid  dapat digunakan untuk berita lelayu atau kematian. Berita lelayu dari dusun sendiri maupun dari dusun lain akan diumukan di masjid. Tidak memandang agama dan golongan semua warga yang meninggal akan diberitakan lewat pengeras suara masjid. Inilah bukti adanya hubungan yang sangat baik antarumat beragama di daerah Sendangagung.

Terdapat dua pos ronda atau yang sering disebut Pos Kamling. Pos ronda ini digunakan oleh warga untuk ronda secara bergiliran. Tidak hanya ronda saja namun di dalamnya dapat digunakan untuk menyambung silahturami warga. Pada program jangka pendek dusun, warga ingin mengaktifkan secara optimal penggunaan dua pos ronda untuk menjaga keamanan dusun secara swakarsa.

Ada dua makam yang terdapat di Dusun Tengahan. Pemakaman yang pertama adalah pemakaman umum yang letaknya ada di sebelah barat dusun. Sedangkan yang satunya lagi adalah pemakaman kecil yang dikenal dengan Pemakaman Nyai Grunggung. Di pemakaman ini hanya terdapat beberapa warga saja yang dikubur di sini. Menurut cerita yang dituturkan secara lisan, Nyai Grunggung adalah kerabat dari Kyai Tunggul Wulung.

Kegiatan Ekonomi

Seperti di wilayah dusun lainnya, penduduk Tengahan sebagian besar berpenghasilan sebagi petani dan buruh tani. Pertanian yang ditekuni warga adalah pertanian padi. Jenis pertanian yang lain adalah pertanian sayuran seperti kacang panjang dan cabai. Di wilayah Tengahan terdapat perkebunan tebu yang merupakan milik pamong Desa Sendangagung.

Kuliner adalah salah satu bentuk kegiatan ekonomi sebagai salah satu sumber penghasilan warga. Kuliner yang sangat terkenal adalah bakmi. Bakmi Tengahan sangat terkenal di Pasar Kebonagung. Bakmi Tengahan merupakan jajan pasar yang terkenal di Pasar Kebonagung. Tidak hanya warga Sendagagung saja yang sangat kepincut dengan bakmi produksi Tengahan ini, namun warga dari daerah lain juga turut memburu kelezatan bakmi. Belum sah rasanya jika ke pasar belum membeli bakmi Tengahan. Bakmi dibuat secara manual dari tepung terigu. Yang membuat lidah termanjakan adalah sambal tomat yang menjadi bumbu bakmi.

Kerajinan yang sudah berlangsung turun temurun adalah kerajinan besek. Bahan baku besek adalah bambu yang dibeli warga di Lapangan Kebonagung. Besek biasanya digunakan untuk tempat kenduri yang merupakan tradisi yang sampai sekarang masih dilakukan.

Bidang jasa yang banyak ditekuni warga adalah tukang bangunan. Tukang yang berasal dari Tengahan XI merupakan tukang yang handal dan terkenal karena pekerjaannya yang berkualitas tinggi. Tidak hanya membuat rumah warga saja, tukang dari Tengahan XI bekerja di berbagai proyek pembangunan gedung di kota Yogyakarta.

Di dusun ini terdapat usaha milik dusun yang bergerak dalam bidang penyewaan tenda dan kursi serta alat yang lain. Aset yang dimiliki oleh usaha penyewaan berupa meja, kursi, tenda, piring, sendok, TV 16 inch, kereta keranda, dan alat yang lain. Jika warga mempunyai hajatan maka mereka akan menyewa ke usaha dusun dan hasilnya sebagai pemasukan keuangan dusun.

Untuk menggerakkan ekonomi warga, maka diadakan koperasi simpan pinjam. Beberapa koperasi dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi yang dilakukan. Koperasi bertujuan memberikan modal usaha bagi anggotanya. Beberapa koperasi yang ada di Dusun Tengahan XI adalah :

  1. Lumbung Pangan Boga Pitoyo
  2. Kelompok Agro Forestry Embung Besil
  3. Kelompok Tani Murtamasari
  4. Kelompok Ternak Lestari
  5. KUBE (Penyewaan Tenda Kursi)

Sumber : Supardi ( Dukuh Tengahan XI)

 

 

 

Dusun Bekelan Sendangagung Minggir

Bekelan

Dusun Bekelan tampak dari sisi timur

Salah satu wilayah dusun di Desa Sendangagung adalah Bekelan. Dusun Bekelan terdiri dari dua wilayah dusun yaitu Dusun Bekelan dan Dusun Kliran X.  Di wilayah Bekelan, terdapat sebuah wilayah kecil yang bernama Trukan. Sebenarnya Trukan hanya wilayah kecil dan dulunya hanya terdapat terdapat satu rumah saja. Dalam perkembangannya sekarang wilayah Trukan terdiri dari beberapa rumah. Dinamakan Trukan karena dulunya tempat ini sebagai pembuangan kotoran hewan seperti kotoran kuda dan babi.

Asal-usul Nama Bekelan

Jika nama dusun lain sudah digunakan jauh ketika zaman kerajaan, nama Bekelan mulai digunakan setelah tahun 1945. Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia wilayah ini masuk dalam wilayah Kalurahan Kliran. Luas wilayah Bekelan lebih kecil daripada wilayah Kliran. Menurut penuturan Sumarjono yang tinggal di RT 02 RW 22,  dulunya Bekelan dikenal dengan nama Kliran Alit. Istilah alit dalam Bahasa Jawa yang artinya kecil. Jadi Kliran Alit adalah bagian Kliran yang luas wilayahnya lebih kecil.

Di Kliran Alit  merupakan pusat pemerintahan Kelurahan Kliran. Banyak pamong praja atau bekel yang tinggal di Kliran Alit. Para bekel tinggal di rumah yang berbentuk joglo dengan ciri pohon sawo di pelataran rumah sebagai lambang status sosial. Banyaknya bekel yang tinggal di Kliran Alit inilah yang kemudian daerah ini dikenal dengan nama Bekelan. Nama Bekelan mulai dikenal setelah bergabungnya tiga kelurahan yaitu Minggir, Kliran, Nanggulan menjadi satu kalurahan baru yang dikenal dengan nama Sendangagung.

Letak Geografis

Wilayah dusun ini letaknya di sebelah selatan Kantor Desa Sendangagung, kira-kira berjarak 200 meter. Di sebelah barat Kliran yang merupakan wilayah Bekelan terdapat sungai Progo. Wilayah  ini terletak di dataran rendah dengan ketinggian 150 meter di atas permukaan laut.

Luas wilayah Dusun Bekelan adalah 29,0845 hektar yang terdiri dari pemukiman, area persawahan, tegalan, dan tebing sungai Progo. Wilayah Bekelan dan Kliran X dipisahkan sebidang sawah yang ditanami padi. Batas-batas wilayah Dusun Bekelan adalah :

  1. Timur : DusunBrajan
  2. Selatan : DusunTengahan XI
  3. Barat : Sungai Progo
  4. Utara : Dusun Kliran IX
Kebun Buah

Kebun Buah di wilayah Dusun Kliran X

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Penghitungan jumlah penduduk yang dilakukan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Bekelan – Kliran X sebanyak 551 jiwa yang terdiri dari 282 penduduk laki-laki dan 269 penduduk perempuan. Terdapat 178 kepala keluarga atau KK yang terdaftar dalam data kependudukan.

Bekelan dibagi menjadi dari dua Rukun Warga yaitu RW 22 dan RW 23. Pembagian wilayah  RW yang ada di Kring 10 Bekelan – Kliran X  berdasarkan dusun yang ada di wilayah ini. Berikut RW yang ada di Dusun Bekelan – Kliran X :

  1. RW 22 berada di Dusun Bekelan terdiri dari RT 01 dan 02
  2. RW 23 berada di Dusun Kliran X terdiri dari RT 03 dan 04

Dari awal pembentukan dusun sampai sekarang sudah mengalami tiga kali pergantian dukuh. Dukuh yang pertama dipilih langsung oleh warga. Dukuh yang kedua dipilh oleh tim khusus dari kabupaten. Sedangkan dukuh ketiga kembali dipilih oleh rakyat. Dukuh yang pernah menjabat dan sekarang yang menjabat Dusun Bekelan adalah :

  1. Harjo Dinomo
  2. Ghaib Sudaryo
  3. Harjono (dukuh yang menjabat sekarang)

Program-program Dusun

Terwujudanya masyarakat yang adil dan makmur baik secara jasmani dan rohani merupakan tujuan pembangunan di dusun ini. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah dan strategi untuk mencapainya. Strategi untuk pencapaian tujuan tertuang dalam tiga program yang berjangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang. Program-program yang dicanangkan di Dusun Bekelan – Kliran X adalah :

  1. Program jangka pendek : Pengerjakan pembangunan infrastruktur yang bersifat darurat.
  1. Program jangka menengah : Penataan lingkungan secara keseluruhan baik fisik maupun nonfisik
  1. Program jangka panjang : Pembangunan yang mewujudkan tercapainya masyarakat yang sejahtera dan mampu berkembang dengan berbasiskan teknologi

Kegiatan Ekonomi

Keberadaan sawah yang subur di sekitar dusun sebagai salah satu faktor sebagian besar penduduk  Bekelan mencari sumber penghidupan sebagai petani. Petani yang digeluti secara turun-temurun adalah pertanian padi. Dari masa pertanian tradisional dengan bajak sampai penggunaan traktor, warga dusun masih setia dengan pertanian padi. Hanya beberapa warga saja yang mulai melirik ke jenis pertanian yang lain. Warga mulai merintis pertanian lombok, kacang panjang, dan beberapa jenis yang lain. Tidak banyak warga yang menekuni pertanian sayuran karena masalah keterbatasan modal untuk pengadaan bibit dan pemeliharaanya. Di wilayah Dusun Bekelan pernah digalakkan pertanian murbei, namun tumbuhan ini sudah ditebang karena pengusaha ulat sutera sudah tidak bekerja sama lagi dengan para petani.

Selain sektor pertanian, ada sebagian warga yang menggeluti kerajinan besek yang berbahan dasar bambu dan tikar mendong. Kerajian ini masih tingkat usaha rumahan yang hasilnya untuk mencukupi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Kerajinan besek ini sudah berlangsung tiga generasi. Konon menurut cerita orang tua, keterampilan membuat besek ini diperoleh dari penduduk Krompakan yang berada di wilayah Sendangmulyo.

Bidang jasa yang banyak digeluti warga adalah tukang bangunan. Banyak warga yang menjadi tukang bangunan dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan, pembangunan toko, dan proyek lain yang membutuhkan keterampilan tukang bangunan. Beberapa warga ada yang berprofesi sebagai PNS dan beberapa karyawan swasta. Umumnya warga yang berprofesi sebagi PNS adalah guru di berbagai sekolah di wilayah Yogyakarta.

Sumber : Harjono (Dukuh Bekelan)

 

Dusun Brajan Sendangagung Minggir

Dusun Brajan

Dusun Brajan merupakan salah satu desa wisata.

Dusun bambu indentik dengan bambu. Brajan merupakan sentra kerajinan bambu yang cukup ternama di Kabupaten Sleman. Nama Brajan tidak hanya dikenal di daerah Yogyakarta saja namun sudah dikenal sampai manca negara. Merupakan kebanggaan bagi warga Brajan karena hasil karya seni warganya sangat diapresiasi bahkan sampai luar negeri.

Sebuah perjalanan panjang dalam gerak ekonomi dusun Brajan. Dari kerajinan bambu tradisional disulap oleh kreativitas anak mudanya sehingga menelurkan hasil karya yang mempunyai nilai seni tinggi. Hasil karya bambu mampu mengangkat ekonomi warganya.

Dusun Brajan terdiri dari beberapa dusun kecil yaitu Plombangan, Ngentak, Saidan, dan Brajan. Kelima keempat wilayah ini termasuk dalam Dusun Brajan dan dikepalai oleh seorang dukuh.

Pintu Gerbang

Pintu gerbang Dusun Brajan

Asal-usul nama-nama Dusun

            Cerita  yang dituturkan dari generasi ke generasi, nama Brajan berasal dari nama Kyai Braja Setiko orang pertama yang menetap di dusun ini. Kyai Braja Setiko adalah seorang punggawa Kyai Tunggul Wulung yang membangun pesanggrahan di Diro. Dalam membantu pemerintahan Kyai Tunggul Wulung yang memeritah bumi perdikan ini, Kyai Brojo Setiko tinggal dan menetap di sebelah utara dari pesanggrahan Kyai Tunggul Wulung. Setelah wafat, oleh para pengikutnya tempat yang ditinggali Kyai Brojo Setiko diberi nama Brajan sebagai tanda penghormatan terhadap tokoh cikal bakal atau orang yang menetap di daerah ini. Makam Kyai Brojo Setiko berada di pemakaman umum di wilayah Dusun Brajan.

Nama Saidan berasal dari nama cikal bakal dusun yang bernama Kyai Said. Sejarah kehidupan Kyai Said kurang banyak diketahui.  Di pemakaman Kyai Said yang berada di sebelah barat dusun dan di dekat makam dahulunya terdapat patung. Sayang sekali patung tersebut hilang tanpa diketahui rimbanya oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Sedangkan nama Plombangan tidak dapat diketahui meskipun melalui tutur cerita. Di Dusun Plombangan terdapat arca yang bercorak Hindu. Patung yang mempunyai nilai historis ini sekarang tidak ada di tempat akibat ulah orang yang ingin mencari keuntungan dengan adanya peninggalan sejarah tersebut. Nama dusun Ngentak berasal dari letak geografis yang berada di tengah sawah. Ngentak adalah sebuah tempat yang panas atau tidak terdapat tumbuhan besar. Disinyalir tempat ini dahulunya dusun ini berada di tengah area persawahan maka diberi nama Ngentak.

Makam

Makam Kyai Said

Letak Geografis

Ditinjau dari letak geografis Dusun Brajan berada di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 150 meter di atas permukaan laut. Wilayah dusun ini letaknya paling dekat dengan kantor Kepala Desa. Jika ditempuh dari  pusat Kabupaten Sleman kira-kira berjarak kurang lebih 18 km dan dari pusat Kota Yogyakarta berjarak sekitar 23 km.

Dusun Brajan terdiri dari pemukiman dan area persawahan. Disebelah timur padukuhan terdapat kali kecil  yang masyarakat Sendangagung mengenalnya dengan nama Kali Wetan Plombangan. Batas-batas Dusun Brajan adalah :

  1. Timur : Persawahan
  2. Selatan : Dusun Diro (Wilayah Desa Sendangmulyo)
  3. Barat : Persawahan
  4. Utara : Dusun Bontitan
Panorama Dusun Ngenthak

Panorama Dusun Ngentak di bawah agungnya Gunung Merapi dan Gunung Merbabu

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Pendataan penduduk yang dilakukan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Dusun Brajan ada 664 jiwa. Pengelompokan penduduk menurut usia dapat dibedakan :

  1. Anak :    71 jiwa
  2. Pelajar :    23 jiwa
  3. Mahasiswa :    23 jiwa
  4. Usia produktif :  385 jiwa
  5. Usia lanjut :  190 jiwa.

Dusun Brajan dibagi menjadi dari tiga Rukun Warga yaitu RW 17, RW 18, dan RW 19. Pembagian wilayah RW yang ada di Dusun Brajan berdasarkan dusun yang ada di wilayah ini. Berikut RW yang ada di Dusun Brajan :

  1. RW 17 berada di Dusun Brajan
  2. RW 18 berada di Dusun Saidan
  3. RW 19 berada di Dusun Ngentak-Plombangan

Dalam menjalankan pemerintahan di tingkat dusun, Brajan dipimpin  oleh dukuh. Dari awal pembentukan dusun sampai sekarang sudah mengalami tiga kali pergantian dukuh. Dukuh yang pernah menjabat dan sekarang yang menjabat adalah :

  1. Pringgo
  2. Maryoto
  3. Sulisman (dukuh yang menjabat sekarang)
Jembatan

Jembatan sebagai pintu masuk ke Dusun Plombangan

Program-program Dusun

Dusun Brajan memiliki tiga program yang terdiri dari program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Program-program tersebut adalah :

  1. Program jangka pendek
  2. Pembangunan sarana-prasarana yang menunjang ekonomi masyarakat.
  3. Mengembangkan pelatihan keterampilan warga untuk meningkatkan ekonomi
  4. Program jangka menengah
  5. Membangun transportasi yang lebih memadai
  6. Mengembangkan kelompok usia produktif
  • Pertanian
  • Kerajinan
  • Perikanan
  • Peternakan
  1. Program jangka panjang
  2. Mengembangkan desa wisata
  3. Mengembangkan kerajinan bambu supaya bisa ekspor sendiri
  4. Mengembangkan kuliner
  5. Mengembangkan dusun yang bersih, indah, dan bebas narkoba

Kegiatan Ekonomi

Dusun Brajan sudah dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki UKM  yang bergerak dalam bidang kerajinan bambu. Produk kerajinan bambu yang sangat bernilai seni ini merupakan salah satu kegiatan yang menghidupi perekonomian warga. Kemajuan teknologi yang berbasis pada internet sangat membantu warga untuk memasarkan produk-produk bambu. Hasilnya produk kerajinan bambu Brajan tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi hasil karya warga sudah terpampang di hotel-hotel berbintang di berbagai negara.

Selain menggeluti bambu yang sudah berlangsung tiga generasi, sebagian besar warga Dusun Brajan bermata pencaharian sebagai petani. Sawah yang subur dan sistem irigasi yang baik sangat mendukung warga yang bergerak di bidang pertanian ini. Hasil dari pertanian adalah padi dan berbagai macam palawija. Hasil padi biasanya dikonsumsi sendiri atau dijual dalam bentuk gabah ataupun beras di Pasar Kebonagung.

Peternakan yang menjadi salah satu kegiatan warga disela-sela waktu dalam menggarap sawah.  Jenis peternakan yang digeluti warga adalah peternakan sapi, kambing, ayam, dan bebek. Pada peternakan sapi dan kambing hanya dalam skala kecil yang setiap keluarga mempunyai ternak tidak lebih dari lima ekor untuk sapi dan sepuluh ekor untuk kambing. Sedangkan ayam dan bebek warga memelihara secara tradisional belum masuk kategori sebagai usaha peternakan.

Kekhasan Dusun Brajan

Satu-satunya padukuhan yang sudah menjadi tujuan wisata adalah Dusun Brajan. Secara perorangan maupun kelompok banyak wisatawan lokal maupun manca negara pernah berkunjung ke dusun yang oleh pemerintah Kabupaten Sleman dijadikan sebagai Desa Wisata. Daya tarik utama wisatawan adalah kerajinan bambu yang menekankan pada unsur seni dan kreativitas sehingga mengundang decak kagum bagi para wisatawan.

Wisata di Dusun Brajan dikemas dalam bentuk paket wisata yang di dalamnya menjual pesona kerajinan, alam pedesaan, dan seni budaya. Dalam paket wisata pengunjung dimanjakan dengan paket menikmati jalan keliling kampung dan sawah, naik sepeda keliling kampung, belajar kerajinan bambu, dan menari jathilan serta kuntulan. Untuk kegiatan ini pernah ada sekolah dari Jakarta yang melakukan kunjungan dalam bentuk paket. Perlu pengelolaan yang lebih intensif dan pemasaran yang lebih gencar untuk dapat lebih menghidupkan wisata di Dusun Brajan.

Kisah kepahlawan warga pada era perang kemerdekaan menjadi salah satu catatan tersendiri bagi perjalanan dusun ini. Dalam perang kemerdekaan ada salah satu warga bernama Mbah Nur gugur dalam perang kemerdekaan yang terjadi di wilayah Sendangagung. Beliau dikebumikan di makam umum Dusun Brajan. Kisah kepahlawanan Mbah Nur ini menjadi penyemangat generasi muda di Brajan untuk mengisi kemerdekaan dengan membangun kampung halaman. Cerita yang lain menuturkan bahwa di kediaman Wiryo Sentono pernah dijadikan sebagai tempat tinggal orang Belanda. Warga Belanda yang pernah tinggal di kediaman warga di Brajan ini bernama Sarono. Untuk mengenang peristiwa ini maka salah satu putra Wiryo Sentono diberi nama Sarono.

Di wilayah Saidan terdapat batu berbentuk persegi yang sangat dikeramatkan oleh warga.  Masyarakat setempat menyebut batu ini dengan nama watu gilang dan ada pula yang menyebut klasa gumelar. Di sebelah batu gilang terdapat sumber air yang dikenal dengan nama Belik Saidan. Konon menurut penuturan para orang tua pada zaman Belanda tempat ini digunakan untuk memandikan kuda dari para punggawa kelurahan yang berasal dari Kliran. Karena sumber air yang berlimpah pada musim kemarau panjang pun tidak mengalami kekeringan, maka pada era tahun 60-an setiap warga yang mengadakan hajatan perkawinan selalu melakukan ritual nempur di Belik Saidan. Nempur adalah kegiatan masyarakat desa untuk membeli beras. Dengan nempur di Belik Saidan diharapkan warga yang sedang mempunyai hajatan dapat diberi kelancaran tanpa ada kekurangan apapun. Di dekat watu gilang dulunya terdapat arca yang bercirikan kebudayaan Hindu. Sangat disayangkan arca tersebut sudah tidak berada di tempat karena ulah orang yang kurang bertanggung jawab.

Harapan Warga

Warga  Dusun Brajan mempunyai harapan yang besar terhadap kemajuan padukuhan yang menjadi kampung halaman untuk tempat tinggal. Harapan tersebut dapat ditanggapi oleh Dukuh sebagai pamong masyarakat yang bertindak menjadi abdi masyarakat di tingkat dusun. Harapan  warga dusun Brajan adalah :

  1. Pemerintah meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang masih dirasakan kurang.
  2. Pembangunan sarana transpotasi terutama di wilayah Brajan agar dibangun jalan yang cukup luas agar bus wisata dapat masuk.
  3. Pemerintah memperhatikan lingkungan yang dipandang masih dalam kategori kumuh.
  4. Sumber daya manusia di Dusun Brajan dipandang masih kurang. Diharapkan pemerintah daerah dapat mengembangkan sumber daya manusia di wilayah Brajan.

 

Sumber : Sulisman (Dukuh Brajan)

Dusun Bontitan Sendangagung Minggir

Kregan

Pemandangan Dusun Kregan yang merupakan wilayah Dusun Bontitan

Dusun Bontitan merupakan dusun yang terluas di wilayah Sendangagung. Kring 07 terdiri dari lima dusun yaitu Mandungan, Bontitan, Kregan, Sragan, dan Ngoro-oro. Di antara kelima dusun tersebut, letak dusun Ngoro-oro terpisah dengan dusun yang lainnya. Dusun Ngoro-oro terletak di tengah persawahan yang luas. Persawahan yang luas oleh masyarakat Jawa dikenal dengan nama bulak.

Di Dusun Bontitan terdapat dua peninggalan zaman Kolonial Belanda. Peninggalan pertama adalah loji yang terletak di Dusun Kregan. Loji ini dahulunya milik seorang mantri kesehatan bernama Sarmowihardjo yang bertugas di Rumah Sakit Petronela yang sekarang menjadi Bethesda. Beliau ditugaskan di daerah Minggir dan loji ini pernah dijadikan pusat kesehatan masyarakat di wilayah Kebonagung. Peninggalan kedua berupa pos gardu jaga yang terletak di sebelah barat Dusun Mandungan.

Asal-usul Nama Dusun di Padukuhan Bontitan

1. Nama Mandungan

Menurut cerita yang dituturkan secara turun-temurun, dahulu hidup sepasang suami istri yang bernama Kyai Mandung dan Nyai Mandung. Kyai Mandung dahulunya adalah seorang prajurit Mataram yang ikut membantu Pangeran Dipenegoro dalam melawan Belanda. Seusai peperangan, Kyai Mandung beserta istri dan pengikutnya membuat pondok untuk tempat tinggal serta membuka hutan untuk dijadikan tempat untuk bercocok tanam. Setelah wafat Kyai Mandung dan Nyai Mandung dikebumikan secara berdampingan. Oleh anak dan para pengikutnya tempat ini diberi nama Mandungan untuk menghormati Kyai Mandung dan Nyai mandung sebagai cikal bakal Dusun Mandungan. Makam Kyai Mandung dan Nyai Mandung sampai saat ini masih terawat dengan baik. Lokasi makam terletak di di RT 01 RW 14 di Padukuhan  Bontitan. Versi lain menyebutkan bahwa Mandungan berasal dari salah satu kesatuan prajurit pengikut Pangeran Diponegoro.

2. Nama Bontitan

Menurut penuturan Mudi Wiyono salah seorang warga Bontitan, di pemakaman Bontitan terdapat makam Kyai Sari dan Nyai Wenda. Kyai Sari adalah seorang prajurit pada zaman dahulu. Kemungkinan Kyai Sari adalah salah satu prajurit dari Kerajaan Mataram Islam. Pasangan suami istri tersebut membuka hutan yang kemudian dijadikan sebagai tempat tinggal. Oleh Kyai Sari tempat yang baru tersebut dieri nama Bontitan. Makan Kyai Sari dan Nyai Wenda berada di RT 02 RW 14 Padukuhan Bontitan.

3. Nama Kregan

Nama Kregan berasal dari dari seorang yang menjadi cikal bakal dusun yaitu Kyai Krego. Kyai Krego dipercaya penduduk adalah seorang parajurit kerajaan Mataram Islam. Setelah wafatnya Kyai Krego, tempat ini diberi nama Kregan. Makamnya kini berada di sebelah timur Dusun Kregan tepatnya di tengah sawah. Dari Dusun Kregan berada kira-kira berjarak 150 meter. Oleh penduduk makam Kyai Krego dibuatkan bangunan permanen yang dalam istilah  Jawa dikenal dengan nama cungkup. Menurut kesaksian warga, makam tersebut sering dikunjungi oleh orang dari luar daerah. Ada peziarah yang bertapa selama tiga hari tiga malam demi terwujudnya keinginan tertentu. Mereka yang bertapa di makam Kyai Krego percaya bahwa segala keinginannya akan terkabul.

Makan Kyai Krego

Lokasi makam Kyai Krego

4. Nama Sragan

Nama Sragan tidak dapat ditelusuri kisah dan riwayatnya. Menurut penuturan para tetua, dahulu Dusun Sragan dihuni oleh saudara muda dari orang yang tinggal di Dusun Kregan. Menurut kepercayaan warga di Sragan merupakan saudara muda dari warga di yang tinggal di Kregan.

5.  Nama Ngoro-oro

Nama Ngoro-oro diperkirakan berasal karena letak geografisnya yang berada di tengah sawah. Oro-oro berarti padang luas atau tempat yang luas. Dahulunya tempat ini adalah persawahan yang luas. Ketika  mulai didiami oleh beberapa warga maka tempat yang dahulunya persawahan ini disebut Ngoro-oro. Luas dusun Ngoro-oro hanya 5 hektar dan didiami 35 Kepala Keluarga yang terdiri dari 100 jiwa penduduk.

Dusun Ngoro-oro

Dusun Ngoro-oro

Letak Geografis

Wilayah Dusun Bontitan terletak di daerah dataran rendah yang terdiri dari pemukiman dan area persawahan. Dusun Bontitan terletak di daerah yang strategis. Hanya berjarak 400 meter dari kantor Kecamatan Minggir dan 500 meter dari kantor Kepala Desa Sendangagung. Luas Dusun Bontitan adalah 68,05 hektar yang terdiri wilayah perdusunan seluas 15 hektar dan lahan pertanian seluas 52,05 hektar.

Batas-batas wilayah berupa dusun yang lain di wilayah Sendangagung, jalan,  dan persawahan. Batas-batas wilayah Dusun Bontitan adalah :

  1. Timur : Desa Sendangmulyo
  2. Selatan : Dusun Brajan
  3. Barat : Jalan Kebonagung
  4. Utara : Dusun Minggir

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

            Jumlah penduduk Dusun Bontitan menurut pendataan pada tahun  2016 ada 945 jiwa yang terdiri dari 447 jiwa penduduk laki-laki dan 498 jiwa penduduk perempuan. Dengan melihat data ini maka Dusun Bontitan memiliki jumlah penduduk terbanyak di Desa Sendangagung. Jika dikelompokkan menurut usia maka dapat dibedakan dalam kelompok :

  1. Balita :    86 jiwa
  2. Pelajar :  423 jiwa
  3. Mahasiswa :    12 jiwa
  4. Usia produktif :  303 jiwa
  5. Usia lanjut :  121 jiwa.

Dusun Bontitan dibagi menjadi tiga Rukun Warga yaitu RW 14, RW 15 dan RW 16 dan terdiri dari tujuh Rukun Tetangga. Masing-masing RW terdiri dari dari beberapa RT. Berikut pembagian wilayah pembagian RT :

  1. RW 14 terdiri dari RT 01 dan RT 02
  2. RW 15 terdiri dari RT 03 dan RT 04
  3. RW 16 terdiri dari RT 05, RT 06, dan RT 07

Bontitan dipimpin oleh beberapa kepala dusun atau yang dikenal sebagai Dukuh. Berikut ini adalah Dukuh yang  menjabat di Dusun Bontitan :

  1. Mangun Pawiro
  2. Atmo Suwito (sampai dengan tahun 1994)
  3. Rajak Arifin ( 1994 sampai sekarang)

Selain warga yang menjabat sebagai dukuh, di Dusun Bontitan ada beberapa warga yang menjadi pamong kelurahan, diantaranya adalah :

  1. Karto Pawiro (Pamong Jogo Boyo sebelum kemerdekaan)
  2. Mento Pawira (Pamong Jogo Boyo sebelum kemerdekaan)
  3. Kerto Pawiro (Pamong Jogo Boyo sebelum kemerdekaan)

Program-program Dusun

Dalam menjalankan tugasnya, dukuh dan warga Bontitan mempunyai program-program yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan warganya. Program-program tersebut adalah :

1. Program jangka pendek

Melanjutkan pembangunan fisik  berupa pengerasan jalan dengan cara paving blok yang masih belum selesai di masing-masing RT. Panjang jalan yang akan dibangun kurang lebih 1.700 meter.

2. Program jangka menengah

Membangun talut jalan di dalam padukuhan yang tergerus air hujan dan air irigasi. Panjang talut kurang lebih 3.400 meter.

3. Program jangka panjang

  • Pembangunan fisik berupa pembangunan pagar bumi, membangun rumah tidak layak huni, dan merawat tempat ibadah.
  • Membangun ekonomi masyarakat lewat pembentukan kelompok-kelompok ekonomi usia produktif.
  • Mengadakan pelatihan-pelatihan bagi warga yang belum mendapatkan lapangan pekerjaan.
  • Melestarikan tradisi yang sudah ada. Misalnya kenduri ruwahan, suran, muludan, dan malem selikuran.

Kegiatan Ekonomi

Penduduk Dusun Bontitan sebagian besar menekuni bidang pertanian. Pertanian yang masih menjadi andalan warga adalah pertanian padi. Yang menjadi masalah utama para petani adalah gagalnya panen karena hama tikus. Di wilayah Sendangagung hama tikus sudah meyerang selama beberapa kali masa panen. Hal ini sungguh memperihatinkan karena tidak ada penanganan yang serius baik dari pihak pemerintah desa maupun dari para petani sendiri. Selain padi beberapa warga menekuni pertanian jenis sayuran kacang panjang dan cabai. Pertanian buah yang sudah mulai dirintis adalah melon, semangka, dan mentimun.

Dalam mencukupi kebutuhan hidup beberapa warga menekuni beberapa jenis kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang berbahan dasar bambu adalah besek dan tumbu. Besek merupakan tempat wadah yang digunakan untuk kenduri. Hasil kerajinan besek dipasarkan ke Gesikan Magelang, Kulon Progo dan Pasar Kranggan Yogyakarta. Tikar yang berasal dari mendong juga merupakan produk dari padukuhan ini.

Jenis kerajinan lain yang menjadi hasil kerajinan  tangan adalah parut. Pengrajin parut di Dusun Bontitan tidak sebanyak di Dusun Pojok. Marjoko, salah seorang warga Dusun Mandungan adalah seorang pelaku industri kecil yang menghasilkan kawat baja untuk pembuatan parut. Bahan baku utama pembuat kawat parut adalah kawat baja. Melalui proses pengecilan, kawat baja menjadi kecil dan siap untuk membuat parut. Kawat buatan Marjoko merupakan satu-satunya usaha pembuatan kawat parut yang ada di daerah Kecamatan Minggir.

Telur asin merupakan makanan khas dari Bontitan. Hasil usaha pembuatan telur asin ini dipasarkan di daerah Minggir. Samiati dan R. Sri Hartati adalah warga padukuhan yang sudah lama menekuni usaha pembuatan telur asin. Hasil telur asin produksi padukuhan ini dipasarkan di daerah Kecamatan Minggir bahkan sampai daerah Kulon Progo.

Untuk menggerakkan ekonomi, warga Kring 07 Bontitan membentuk koperasi simpan pinjam. Warga yang membutuhkan modal usaha dapat meninjam di beberapa koperasi sesuai dengan jenis usahanya. Beberapa koperasi yang ada di Dusun Bontitan adalah :

  1. Kelompok perkebunan membentuk Koperasi Sari Langgeng. Koperasi ini mengadakan kegiatan berupa simpan pinjam dan arisan. Pertemuan diadakan setiap hari Rabu Kliwon.
  2. Kelompok perikanan membentuk Koperasi Sari Agung. Setiap tanggal 19 dalam bulannya para anggota selalu berkumpul untuk melakukan simpan pinjam dan arisan.
  3. Kelompok Agung Sri Rahayu merupakan kelompok koperasi yang mewadahi kelompok Lumbung Pangan. Pertemuan diadakan setiap malam Senin Pon di Kantor Gedung Lumbung yang merupakan pusat kegiatan koperasi. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah simpan pinjam dan arisan.

Tempat-tempat yang Dikeramatkan

Dusun Bontitan mempunyai beberapa tempat yang oleh warga padukuhan masih dianggap sebagai tempat keramat. Tempat yang dikerampatkan ini berupa sendang atau mata air yang terdapat  di sisi dusun sebelah timur.

1. Sendang Kali Jaran

Dahulunya Sendang Kali Jaran merupakan cerukan mata air yang airnya dapat diambil dengan cinthung yang terbuat dari batok kelapa. Dinamakan Sendang Kali Jaran karena di sekitar sendang terdapat pohon jaranan.  Sendang terrsebut kini sudah tertutup oleh tanah akibat sering terkena luapan sungai di sampingnya. Warga menganggap sendang ini keramat bahkan tak satupun yang berani menginjak tanah di tempat ini. Sendang Kali Jaran terletak di sebelah timur Dusun Kregan.

2. Sendang Kali Wungu

Salah satu tempat yang dikeramatkan oleh warga sampai saat ini adalah Sendang Kali Wungu. Dinamakan Kali Wungu karena di dekat sendang tumbuh dengan subur pohon wungu.  Keberadaan pohon wungu itu tidak pernah mati meskipun sampai dalam keadaan kering pun pohon ini tetap hidup. Sekitar tahun 70-an, ketika ada warga yang mempunyai hajatan dipastikan memasang sesaji di sendang ini. Namun kebiasaan warga memasang sesaji sekarang sudah tidak dilakukan lagi. Letak Sendang Kali Wungu berada di sebelah timur Dusun Kregan.

3. Sendang Kali Thileng

Sendang Kali Thileng berada di tengah Dusun Ngoro-oro tepatnya di RT 07 RW 16. Oleh warga Ngoro-ngoro Sendang Kali Thileng dibangun secara permanen mengingat sendang ini merupakan sumber air bagi warga dusun.  Keadaan sendang tersebut tidak pernah kekeringan meskipun pada musim kemarau panjang sekalipun. Meskipun warga dapat mengambil air di sendang ini, namun warga tetap menganggap tempat ini sebagai tempat yang keramat. Warga tidak boleh bertindak yang merusak maupun yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Kisah Kepahlawanan Warga pada Masa Perjuangan

Dalam masa perang kemerdekaan ada dua warga dari Dusun Bontitan yang ditembak oleh tentara Belanda, yakni Wiryo Inangun dan Merto Kariyo gugur sebagai kusuma bangsa. Kedua warga ini selalu diingat oleh warga sebagai pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di kala perang kemerdekaan tahun 1949 Belanda menyasar ke daerah Kebonagung karena di daerah Kebonagung merupakan basis perlawanan Tentara Rakyat Indonesia. Perang berkecamuk antara pihak Belanda yang ingin menguasai Indonesia dengan Tentara Rakyat Indonesia. Serangan bermula dari Dusun Daratan yang letaknya di sebelah timur Kebonagung. Ketika Belanda bergerak ke arah barat, terjadi tembakan yang diarahkan ke para pejuang. Saat itulah Wiryo Inangun tertembak oleh serangan yang dilancarkan oleh serdadu Belanda. Jasadnya dimakamkan di pemakaman umum yang terletak di Bontitan.

Sebagai bentuk penghargaan atas jasa kepahlawanannya, pemerintah Republik Indonesia memberi penghargaan berupa replika bendera merah putih dan bambu runcing. Bendera merah putih dan bambu runcing yang terbuat dari logam disematkan di atas makam Wiryo Inangun sebagai lambang penghargaan pemerintah atas jasa dalam perang kemerdekaan.

Pertempuran perang kemerdekaan juga terjadi di Dusun Ndiro yang sekarang masuk di wilayah Sendangmulyo. Terjadi perang di derah Diro karena Diro dekat dengan pusat kepolisian yang berada di Dusun Kwayuhan. Salah satu korban pertempuran adalah Merto Kariyo yang merupakan warga Kring 07 Bontitan. Jasad Merto Kariyo dikebumikan di pemakaman umum yang terletak di Dusun Plombangan. Di atas pusara makam di pasang replika bendera merah putih dan bambu runcing sebagai tanda penghargaan Pemerintah Indonesia atas pengorbanannya dalam mempertahankan bumi pertiwi.

Prestasi yang Pernah Dicapai

Padukuhan Bontitan pernah meraih dua prestasi yang cukup membanggakan warganya. Salah satu penghargaan yang dicapai adalah sebagai Juara I Perlombaan Antar Padukuhan di tingkat Kecamatan Minggir pada tahun 1976 mewakil Desa Sendangagung.  Prestasi ini menjadikan kebanggaan tersendiri bagi warga Kring 07 Bontitan.

Di ajang yang sama yaitu perlombaan antarpadukuhan tingkat Kecamatan Minggir, Padukuhan Bontitan kembali berhasil menyabet juara I pada tahun 1995. Pada masa ini dukuh yang menjabat adalah Rajak Arifin. Kepala Padukuhan berhasil mengajak semua warga untuk menata padukuhan baik secara fisik dan secara kelembagaan sehingga berhasil meyakinkan tim juri dan hasil kerja keras warga membuahkan hasil dengan menjadi Juara I.

Harapan Warga

Salah satu tugas kepala dusun adalah mendengarkan harapan-harapan yang disampaikan oleh warga dusun. Harapan warga dusun bukanlah harapan yang muluk-muluk tentunya, namun harapan yang berkenaan dalam kehidupan sehari-hari. Kepala Dusun Bontitan dapat menangkap semua aspirasi warga dan merangkumnya dalam dua harapan besar.

Harapan yang pertama adalah  pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang yang meliputi pembangunan fisik, mental, jasmani, dan rohani. Pembangunan fisik yang dimaksud adalah pembangunan yang dapat menjadi sarana kemajuan ekonomi dan kesejahteraan warga. Pembangunan fisik yang akhirnya berujung pada pembangunan mental dan rohani warga dusun. Pembangunan mental bagi warga Dusun Bontitan dipandang sangat penting karena dengan mental yang baik maka tujuan pembangunan yang mensejahterakan warga akan tercapai.

Selain pembangunan fisik, warga Dusun Bontitan mengharapkan pelayanan publik yang baik dan mengutamakan kepentingan rakyat. Warga masih merasa bahwa pelayanan terhadap masyarakat terutama di  daerah pedesaan masih merasa kurang. Hal ini sungguh sangat ironis karena kesadaran pembayaran pajak di wilayah Provinsi Yogyakarta yang di dalamnya terdapat Dusun Bontitan cukup tinggi. Namun kewajiban rakyat yang tinggi rupanya tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik dari pemerintah kepada warganya.

Sumber : Rajak Arifin (Dukuh Bontitan)

Dusun Watugajah Sendangagung Minggir

Simbol Watugajah

Gardu di Dusun Watugajah yang dipasang patung gajah sebagai simbol dusun

Di era tahun 80-an, Dusun Watugajah  ada yang mengenal dengan sebutan Dusun Lohgajah. Kata watu dalam perbendaharaan Bahasa Jawa mempunyai nama yang sama dengan kata loh yang berarti batu. Dua kata yang sama ini menyebabkan orang menyebutnya sebagai Dusun Watugajah dengan sebutan lain Lohgajah. Di jalan masuk Padukuhan Watugajah terdapat gardu ronda yang di atapnya terdapat patung seekor gajah.. Patung tersebut menyimbulkan nama Dusun Watugajah.

Dusun Watugajah terdiri  dari empat wilayah  yaitu Watugajah, Baran,  Kwaron, dan Jambon. Wilayah Kwaron berada di tengah sawah terpisah dengan wilayah Watugajah. Jambon bersebelahan dengan Watugajah, sedangkan antara Watugajah dan Baran dibatasi oleh area persawahan.

Asal-usul Nama Watugajah

Menurut kisah yang dituturkan secara lisan, di dusun ini terdapat arca berbentuk Ganesha atau gajah. Arca tersebut  ditemukan di salah satu pekarangan milik warga. Asal arca yang berwujud gajah itu tidak dapat diketahui dengan pasti karena di daerah tersebut tidak ditemukan arca yang lain ataupun bangunan berupa candi.  Atas inisiatif warga arca yang bernilai sejarah ini diserahkan ke Museum Yogyakarta. Keanehan terjadi ketika arca yang sudah berada di museum tiba-tiba bisa kembali di pekarangan tempat ditemukan arca tersebut.

Karena keanehan tersebut maka warga memberi nama padukuhan tersebut dengan sebutan Watugajah. Nama Watugajah berarti arca berupa gajah yang terbuat dari batu. Menurut informasi dari salah seorang warga kini arca tersebut berada di Museum Yogyakarta. Nama Watugajah sebagai pengingat bahwa pernah ditemukan arca batu yang berbentuk gajah.

Letak Geografis

Secara geografis Dusun Watugajah berada di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 150 meter di atas permukaan laut. Berada di sebelah utara dari kantor Kecamatan Minggir dengan jarak sekitar tiga kilometer. Dari kantor Kepala Desa berjarak sekitar 3,5 kilometer. Dari pusat Kabupaten Sleman berjarak sekitar 17 kilometer dan dari pusat Kota Yogyakarta berjarak sekitar 23 kilometer.

Watugajah terdiri dari pemukiman dan area persawahan. Di sebelah barat padukuhan terdapat kali kecil sebagai salah satu anak cabang Sungai Progo. Batas-batas Dusun Watugajah adalah :

  1. Timur : Desa Sendangsari
  2. Selatan : Bulak Bontitan
  3. Barat : Bulak Minggir
  4. Utara : Desa Sendangsari
Dusun Watugajah

Panorama Dusun Watugajah

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Jumlah penduduk Dusun Watugajah menurut pendataan pada tahun  2016 ada 497 jiwa yang terdiri dari 236 jiwa penduduk laki-laki dan 261 jiwa penduduk perempuan. Jika dikelompokan menurut usia maka dapat dibedakan dalam kelompok :

  1. Balita :    16 jiwa
  2. Pelajar :  139 jiwa
  3. Mahasiswa :    18 jiwa
  4. Usia produktif :  276 jiwa
  5. Usia lanjut :    48 jiwa.

Dusun Watugajah dibagi menjadi dua Rukun Warga yaitu RW 12 dan RW 13 dan terdiri dari empat Rukun Tetangga. Masing-masing RW terdiri dari dari beberapa RT. Berikut pembagian wilayah pembagian RT :

  1. RW 12 terdiri dari RT 01 dan RT 02
  2. RW 13 terdiri dari RT 03 dan RT 04

Watugajah dipimpin  oleh beberapa kepala dusun atau yang dikenal sebagai Dukuh. Berikut ini adalah Dukuh yang  menjabat di Dusun Watugajah :

  1. Harjo Suwarno
  2. Supriyanto

Program-program Padukuhan

Masyarakat Watugajah memiliki program-program untuk mencapai tujuan kesejahteraan warganya. Program tersebut dibagi menjadi tiga yaitu program jangka pendek, program jangka menegah, dan program jangka panjang.

  1. Program jangka pendek : Mengoptimalkan kelompok-kelompok ekonomi usia produktif yang ada di dusun
  1. Program jangka menengah : Penataan lingkungan padukuhan mulai dari tiap-tiap RT
  1. Program jangka panjang : Menggali dan melestarikan budaya serta situs-situs sejarah yang ada di Dusun Watugajah antara lain Makam Mbah Gendro dan sendang.

Kegiatan Ekonomi

Sebagian besar warga menyandarkan kehidupan dalam sektor pertanian. Bagi yang mempunyai lahan yang cukup akan menggarap sawahnya, namun bagi petani yang mempunyai lahan yang sempit akan bekerja sebagai buruh tani. Jenis pertanian yang banyak ditekuni adalah pertanian padi. Selain padi ada juga yang menekuni pertanian lombok. Warga dusun juga mengenal istilah tumpang sari, di mana di pematang sawah ditanam berbagai macam tanaman seperti singkong, kacang panjang dan pisang.

Kerajinan yang ditekuni adalah pembuatan besek dan parut. Kerajinan parut ditekuni oleh beberapa warga yang keahliannya diwariskan secara urun-temurun. Hasil kerajinan masih sangat diminati warga di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Besek merupakan salah satu hasil kerajinan yang dihasilkan oleh warga padukuhan Watugajah. Anyaman tikar berbahan dasar mendong masih banyak ditekuni warga di tengah-tengah mem-banjirnya produksi tikar berbahan dasar plastik.

Untuk menopang pergerakan ekonomi dusun, warga Watugajah membentuk koperasi simpan pinjam. Warga yang membutuhkan modal usaha dapat meninjam di koperasi dusun. Selain koperasi ada juga kegiatan ekonomi dalam bentuk arisan.

Prestasi yang Pernah Dicapai

Warga Dusun Watugajah mempunyai motivasi yang tinggi dalam menghadapi kompetensi. Hal ini dibuktikan dengan prestasi yang pernah dicapai dalam mengikuti beberapa kompetisi yang dilakukan oleh pemerintah Kabubaten Sleman. Pada tahun 1993 menjadi Juara Harapan dalam perlombaan dusun mewakili Desa Sendangagung. Sebagai hadiahnya pada tahun 1994 Dusun Watugajah mendapat Proyek Daerah (Proda) berupa pemberian sertifikat tanah secara gratis sebanyak 100 bidang tanah. Tentu saja prestasi ini akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warganya.

Prestasi yang tidak kalah membanggakan adalah di bidang olah raga dan lomba memasak. Di tingkat Desa Sendangagung perwakilan dari Dusun Watugajah berhasil menjadi juara memasak dan dalam cabang olah raga. Keberhasilan yang patut disyukuri atas usaha-usaha warga dalam mengkuti beberapa perlombaan.

Harapan Warga

Warga Dukuh Watugajah mempunyai harapan kepada  dusun lain yang mempunyai situs peninggalan sejarah agar menjaganya dengan baik. Warga Dusun Watugajah sangat sadar terhadap kelestarian peninggalan sejarah. Hal ini dibuktikan dengan penyerahan arca gajah kepada pihak museum agar dapat terjaga dengan baik.Warga Dusun Watugajah mengajak warga dusun yang lain mengikuti jejak dalam pelestarian benda-benda yang masih mempunyai nilai sejarah.  Peninggalan sejarah sangat bernilai tinggi sebagai salah satu peninggalan budaya leluhur di masa lampau.

Pada zaman kolonial Belanda, di Dusun Watugajah terdapat rel kereta yang dipergunakan untuk mengangkut tebu dari daerah Kebonagung ke pabrik tebu Sendangpitu yang berada di wilayah Desa Sendangrejo. Warga Watugajah mengharapkan dibuat bangunan petilasan atau prasasti sebagai wujud penghormatan terhadap sejarah perjalanan warga Watugajah pada khususnya dan perjalanan sejarah Sendangagung pada umumnya.

Sumber : Supriyanto (Dukuh Watugajah)

Dusun Babadan – Pojok IV Sendangagung Minggir

Dusun ini terdiri dari dua dusun yaitu Babadan  dan  Pojok.  Selain dua dusun tersebut ada satu wilayah dusun kecil yang masuk ke dalam wilayah Dusun Babadan adalah DusunTejo. Di dusun Tejo ini hanya terdiri dari beberapa rumah penduduk. Tejo terletak di antara Dusun Pojok IV dan Dusun Babadan. Dusun ini berjarak sekitar 600 meter dari kantor Kepala Desa Sendangagung. Jika dari pusat pemerintah Kabupaten Sleman berjarak kira-kira 17 km dan dari pusat Kota Yogyakarta berjarak sekitar 23 km.

Menurut cerita warga, di Tejo terdapat goa yang masyarakat sekitar menamainya Goa Kendil dan belik yang dipercaya masih ada kaitannya dengan perjuangan Pangeran Diponegoro. Masyarakat Babadan meyakini bahwa Goa Kendil merupakan tempat persembunyian Pangeran Diponegoro. Sedangkan belik atau mata air di dekat goa sebagai tempat minum kuda milik Pangeran diponegoro.

Asal-usul Nama Babadan

Berdasarkan cerita yang dituturkan secara turun-temurun, konon ada seorang prajurit dari Kerajaan Majapahit yang bernama Kyai Babad. Pada masa surutnya Kerajaan Majapahit banyak prajurit yang melarikan diri ke arah barat. Kyai Babad bersama istri dan beberapa pengikutnya termasuk yang berjalan ke arah barat. Perjalanan Kyai Babad sampailah di sebuah   tempat  di pinggir Sungai Progo.

Merasa nyaman dengan tempat baru tersebut, Kyai Babad menebang hutan belantara dan mendirikan sebuah pondok. Para pengikutnya juga turut membabat hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Lama-kelamaan daerah tersebut menjadi subur dan menjadi sebuah dusun. Tempat yang baru tersebut belum mempunyai nama maka para pengikutnya sepakat untuk memberi nama dusun baru itu dengan nama “Babadan.” Nama tersebut diambil dari nama Kyai Babad sebagai tokoh yang membuka daerah Babadan.

Kondisi Geografis

Dusun Babadan – Pojok IV termasuk ke dalam wilayah dataran rendah dengan ketinggian sekitar 150 meter di atas permukaan laut. Topografi Dusun Babadan terdiri dari pedusunan, sawah, dan tegalan. Di sebelah barat dusun berupa tanah miring  yang memanjang dari selatan ke utara. Masyarakat menyebut tanah miring ini dengan sebutan “pereng”. Di pereng ini terdapat jalan menurun yang menghubungan antara Dusun Babadan  dengan Dusun Kisik.

Di daerah yang oleh warga disebut pereng ini ditumbuhi aneka macam tanaman. Jenis yang tanaman yang mudah dijumpai adalah tanaman bambu. Tanaman bambu memiliki beberapa jenis seperti apus, ori, ampel, legi, wulung, deling, dan petung. Ada jenis tanaman lain seperti melinjo, aren, kembang, munggur, johar, dan beberapa jenis yang lain. Di wilayah pereng Dusun Babadan terdapat beberapa sumber mata air yang airnya tidak pernah kering. Sebuah mata air abadi yang tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau panjang sekalipun.

Batas-batas wilayah Dusun Babadan – Pojok IV adalah berupa dusun yang lain di wilayah Sendangagung dan persawahan:

  1. Timur : Dusun Bontitan
  2. Selatan : Dusun Pojok V
  3. Barat : Dusun Kisik
  4. Utara : Dusun Minggir III

Kependudukan dan Pembagian Wilayah

Menurut pendataan yang dilakukan pada tahun 2016 penduduk dusun ini sebanyak 590 jiwa yang terdiri dari 278 penduduk laki-laki dan 312 penduduk perempuan. Jika dipetakan menurut usia maka dapat dibedakan dalam kelompok :

  1. Belum sekolah :    81 jiwa
  2. Pelajar :  127 jiwa
  3. Mahasiswa :    88 jiwa
  4. Usia produktif :  181 jiwa
  5. Usia lanjut :  113 jiwa.

Sebagian penduduk memeluk agama Islam dan selanjutnya memeluk agama Katolik, dan Kriten Jawa. Kerukunan antaragama sangat terbina dengan baik. Hubungan antarumat bergama ini diikat dengan budaya lokal yang menjujung tinggi keberagaman. Warga Dusun Babadan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Mata pencaharian penduduk yang lain adalah sebagai tukang, pegawai negeri, karyawan swasta, buruh bangunan, peternak, TNI-POLRI, dan pengrajin parut.

Di Dusun Pojok IV terdapat warga yang mempunyai usaha pengadaan blabak parut. Blabak parut adalah bilahan dari kayu melinjo yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan parut tradisional. Blabak kayu melinjo atau  kayu so ini kemudian diambil oleh pengrajin parut yang kemudian dihaluskan dan siap dibuat menjadi parut.

Dusun Babadan – Pojok IV dibagi menjadi dari dua Rukun Warga yaitu RW 08 dan RW 09 dan terdiri dari lima Rukun Tetangga. Masing-masing RW terdiri dari dari beberapa RT. Berikut pembagian wilayah pembagian RT :

  1. RW 08 terdiri dari RT 01 dan RT 02
  2. RW 09 terdiri dari RT 03, RT 04, dan RT 05

Salah satu warga Dusun Pojok IV yang bernama R. Djoyosumarto adalah orang yang pertama kali menjabat sebagai Lurah Sendangagung. Beliau menjabat sebagai Lurah  pada masa periode 1946 sampai dengan tahun 1973. Dusun Babadan – Pojok V dipimpin oleh beberapa kepala padukuhan atau yang dikenal sebagai Dukuh. Berikut ini adalah Dukuh yang  pernah menjabat di Dusun Babadan – Pojok :

  1. Darmo Wiryono (sampai tahun 1990)
  2. Sagimin (1991 sampai sekarang)

Di Dusun Babadan – Pojok IV terdapat beberapa organisasi yang turut menggerakan kegiatan warga. Organisasi ini dibentuk oleh warga untuk mengisi kegiatan kemasyarakatan. Beberapa organisasi yang ada  adalah :

  1. PKK
  2. Karang Taruna

Program-program Dusun

Dusun Babadan – Pojok IV memiliki program-program untuk mencapai tujuan kesejahteraan warganya. Program tersebut dibagi menjadi tiga yaitu program jangka pendek, program jangka menengah, dan program jangka panjang.

  1. Program jangka pendek
  2. Ronda dusun
  3. Jimpitan beras
  4. Kebersihan lingkungan
  5. Program jangka menengah
  6. Posyandu
  7. Pertemuan PKK, RT, RW
  8. Pertemuan KWT (Kelompok Wanita Tani)
  9. Pertemuan Kelompok Tani
  10. Pertemuan Kelompok Ternak
  11. Pertemuan Kelompok Perikanan
  12. Pertemuan Kelompok Perkebunan
  13. Pertemuan Kelompok Simpan Pinjam
  14. Pertemuan karang Taruna
  15. Program jangka panjang
  16. Pembangunan fisik padukuhan
  17. Merti dusun
  18. Syawalan warga
  19. Perayaan HUT Sendangagung
  20. Perayaan HUT Kabupaten Sleman
  21. Perayaan HUT Republik Indonesia
  22. Wisata kuliner dan Goa Kendil

Kegiatan Sosial dan Kemasyarakatan

Hidup di sebuah dusun terasa kental akan kehidupan sosial kemasyarakatannya. Kehidupan sosial ini berlangsung tampak dalam berbagai sisi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan itu adalah sambatan atau gotong-royong. Jika salah satu warga mempunyai pekerjaan yang membutuhkan tenaga maka warga yang lain secara suka rela akan membantu. Sambatan biasanya dilakukan dalam membuat rumah, membakar batu-bata atau sering disebut “nglingga bata”, dan memasang nisan.

Hajatan warga seperti pengantin, sunatan, ataupun bentuk syukuran yang lain akan melibatkan warga yang lain. Secara suka rela warga akan membantu tenaga, sumbangan pikiran, dan sumbangan materi yang sering disebut sebagai “kondangan”. Kaum laki-laki dan perempuan akan terlibat dalam acara hajatan ini. Dalam hajatan perkawinan misalnya kaum kaum laki-laki akan membuat perangkat bleketepe (lembaran atap dari jalinan blarak daun kelapa) , tempat sajian, acara perkawinan, dan sarana lain. Kaum perempuan akan disibukkan dalam kegiatan masak-memasak dan berbagai pembuatan sajian dalam bentuk makanan.

Ronda dusun merupakan bentuk pengamanan swakarsa yang dilakukan secara mandiri oleh warga padukuhan. Dalam sistem keamanan ronda dusun tidak terlepas dari pos jaga dan kentongan. Bagi masyarakat dusun kentongan masih diperlukan sebagai salah satu bentuk komunikasi di tengah perkembangan alat komunikasi yang begitu canggih. Kentongan biasanya digunakan untuk memberi tanda-tanda seperti keadaan aman, mengumpulkan warga,  pencurian, bencana alam, dan perampokan.

Layat merupakan merupakan bentuk kegiatan sosial yang ditujukan kepada salah satu warga yang meninggal dunia. Ditandai dengan bunyi kentongan dan berita lelayu di masjid, berita kematian akan diberitakan ke seluruh warga padukuhan. Secara sukarela warga akan datang dan akan membantu semua hal yang dibutuhkan. Sampai upacara pemakaman selesai semua warga akan terlibat dan melakukannya secara sukarela.

Di Dusun Babadan-Pojok masih banyak terdapat permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak. Di tengah perkembangan zaman yang ditandai dengan permainan berbasis digital warga dusun masih mengajarkan permainan tradisional. Dalam memainkan permainan ini, anak-anak belajar tentang kehidupan masyarakat. Banyak terkandung nilai-nilai terdapat dalam permainan tradisional yang dapat dijadikan sarana untuk mendidik anak-anak.  Jenis permainan tradisional yang masih dipertahankan adalah :

  1. Sekongan
  2. Kingklingan
  3. Gobak sodor
  4. Semutan
  5. Bekelan
  6. Egrang
  7. Dakon

Kegiatan Ekonomi

Warga dusun melakukan berbagai bentuk kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Beragam kegiatan yang dilakukan dari kegiatan pertanian sampai usaha wiraswasta. Berikut ini adalah bentuk kegiatan ekonomi di Dusun Babadan – Pojok IV :

  1. Pertanian dan buruh tani

Pertanian adalah usaha sebagian besar warga dusun ini. Selain sebagai petani, terdapat banyak warga yang menjadi buruh pada sektor ini. Usaha pertanian yang digeluti warga adalah :

  1. Padi
  2. Perkebunan
  3. Holtikultura
  4. Peternakan
  5. Perikanan
  6. Kerajinan

Kerajinan yang menjadi andalandusun ini adalah parut. Kerajinan parut dari Dusun Pojok ini sudah terkenal sampai ke daerah lain bahkan dijual sampai luar daerah Yogyakarta. Selain kerajinan parut juga beberapa kerajinan yang menjadi mata pencaharian warga adalah besek, kepang, dan tikar mendong.

  1. Produk makanan

Salah satu kegiatan ekonomi adalah beberapa warga membuat produk makanan.  Beberapa produk makanan yang diproduksi oleh warga Kring 04  adalah :

  1. roti kukus
  2. tempe kedelai
  3. krupuk rambak

Selain produk makanan yang sudah menjadi usaha warga, Kring  04 mempunyai makanan khas yaitu :

  1. jenang alot
  2. adah tempe
  3. lemper
  4. wajik
  5. krasikan
  6. aneka peyek
  7. Koperasi

Koperasi  merupakan salah satu kegiatan untuk menunjang perekonomian warga. Beberapa koperasi yang ada di kring 04 adalah :

  1. Kelompok arisan RT
  2. Kelompok arisan RW
  3. Kelompok arisan KK.LPMD
  4. Kelompok arisan KWT
  5. Kelompok arisan Pertanian
  6. Kelompok arisan Peternakan
  7. Kelompok arisan Perikanan

Keunikan Dusun Babadan – Pojok IV

            Padukuhan Babadan – Pojok IV memiliki keunikan alam yang secara turun-temuran masih dipercaya akan keberadaannya. Tempat-tempat itu adalah :

  1. Sendang Kali Gede

Sendang Kali Gede adalah sendang untuk diambil air minumnya dan tempat untuk mandi warga. Secara mistis, sendang ini digunakan untuk “ngombeke jaran”. Bukan kuda sesungguhnya tetapi kuda lumping yang dipercaya ketika diombeke maka akan ada makhluk penghuni kuda kepang tersebut.

  1. Sendang Jengkol

Sendang Jengkol dipergunakan untuk diambil air minumnya. Sendang ini dahulunya digunakan untuk ritual malem selikuran.Yang mendadi keunikan adalah warga yang memakai ikat kepala gadung mlati dan anak bercukur kuncung dilarang keras ke sendang ini.

  1. Sendang Gondhang

Keunikan Sendang Gondang adalah sendang ini tidak akan pernah habis airnya. Jika mata air yang lain sudah mati maka sendang ini tak akan kehabisan air. Maka tak heran saat musim kemarau panjang banyak warga dari daerah lain mengambil air dari sendang ini.

  1. Belik dan Goa Kendil

Di tempat ini terdapat mata air atau belik dan sebuah goa. Dipercaya masyarakat dahulu belik ini dipakai sebagai tempat minum kuda milik Pangeran Diponegoro. Sedangkan goanya sebagai tempat persembunyian Pangeran Diponegoro.

Narasumber: Sagimin (Dukuh Babadan – Pojok IV)

Previous Older Entries