Pemandangan Dusun Kregan yang merupakan wilayah Dusun Bontitan
Dusun Bontitan merupakan dusun yang terluas di wilayah Sendangagung. Kring 07 terdiri dari lima dusun yaitu Mandungan, Bontitan, Kregan, Sragan, dan Ngoro-oro. Di antara kelima dusun tersebut, letak dusun Ngoro-oro terpisah dengan dusun yang lainnya. Dusun Ngoro-oro terletak di tengah persawahan yang luas. Persawahan yang luas oleh masyarakat Jawa dikenal dengan nama bulak.
Di Dusun Bontitan terdapat dua peninggalan zaman Kolonial Belanda. Peninggalan pertama adalah loji yang terletak di Dusun Kregan. Loji ini dahulunya milik seorang mantri kesehatan bernama Sarmowihardjo yang bertugas di Rumah Sakit Petronela yang sekarang menjadi Bethesda. Beliau ditugaskan di daerah Minggir dan loji ini pernah dijadikan pusat kesehatan masyarakat di wilayah Kebonagung. Peninggalan kedua berupa pos gardu jaga yang terletak di sebelah barat Dusun Mandungan.
Asal-usul Nama Dusun di Padukuhan Bontitan
1. Nama Mandungan
Menurut cerita yang dituturkan secara turun-temurun, dahulu hidup sepasang suami istri yang bernama Kyai Mandung dan Nyai Mandung. Kyai Mandung dahulunya adalah seorang prajurit Mataram yang ikut membantu Pangeran Dipenegoro dalam melawan Belanda. Seusai peperangan, Kyai Mandung beserta istri dan pengikutnya membuat pondok untuk tempat tinggal serta membuka hutan untuk dijadikan tempat untuk bercocok tanam. Setelah wafat Kyai Mandung dan Nyai Mandung dikebumikan secara berdampingan. Oleh anak dan para pengikutnya tempat ini diberi nama Mandungan untuk menghormati Kyai Mandung dan Nyai mandung sebagai cikal bakal Dusun Mandungan. Makam Kyai Mandung dan Nyai Mandung sampai saat ini masih terawat dengan baik. Lokasi makam terletak di di RT 01 RW 14 di Padukuhan Bontitan. Versi lain menyebutkan bahwa Mandungan berasal dari salah satu kesatuan prajurit pengikut Pangeran Diponegoro.
2. Nama Bontitan
Menurut penuturan Mudi Wiyono salah seorang warga Bontitan, di pemakaman Bontitan terdapat makam Kyai Sari dan Nyai Wenda. Kyai Sari adalah seorang prajurit pada zaman dahulu. Kemungkinan Kyai Sari adalah salah satu prajurit dari Kerajaan Mataram Islam. Pasangan suami istri tersebut membuka hutan yang kemudian dijadikan sebagai tempat tinggal. Oleh Kyai Sari tempat yang baru tersebut dieri nama Bontitan. Makan Kyai Sari dan Nyai Wenda berada di RT 02 RW 14 Padukuhan Bontitan.
3. Nama Kregan
Nama Kregan berasal dari dari seorang yang menjadi cikal bakal dusun yaitu Kyai Krego. Kyai Krego dipercaya penduduk adalah seorang parajurit kerajaan Mataram Islam. Setelah wafatnya Kyai Krego, tempat ini diberi nama Kregan. Makamnya kini berada di sebelah timur Dusun Kregan tepatnya di tengah sawah. Dari Dusun Kregan berada kira-kira berjarak 150 meter. Oleh penduduk makam Kyai Krego dibuatkan bangunan permanen yang dalam istilah Jawa dikenal dengan nama cungkup. Menurut kesaksian warga, makam tersebut sering dikunjungi oleh orang dari luar daerah. Ada peziarah yang bertapa selama tiga hari tiga malam demi terwujudnya keinginan tertentu. Mereka yang bertapa di makam Kyai Krego percaya bahwa segala keinginannya akan terkabul.
Lokasi makam Kyai Krego
4. Nama Sragan
Nama Sragan tidak dapat ditelusuri kisah dan riwayatnya. Menurut penuturan para tetua, dahulu Dusun Sragan dihuni oleh saudara muda dari orang yang tinggal di Dusun Kregan. Menurut kepercayaan warga di Sragan merupakan saudara muda dari warga di yang tinggal di Kregan.
5. Nama Ngoro-oro
Nama Ngoro-oro diperkirakan berasal karena letak geografisnya yang berada di tengah sawah. Oro-oro berarti padang luas atau tempat yang luas. Dahulunya tempat ini adalah persawahan yang luas. Ketika mulai didiami oleh beberapa warga maka tempat yang dahulunya persawahan ini disebut Ngoro-oro. Luas dusun Ngoro-oro hanya 5 hektar dan didiami 35 Kepala Keluarga yang terdiri dari 100 jiwa penduduk.
Dusun Ngoro-oro
Letak Geografis
Wilayah Dusun Bontitan terletak di daerah dataran rendah yang terdiri dari pemukiman dan area persawahan. Dusun Bontitan terletak di daerah yang strategis. Hanya berjarak 400 meter dari kantor Kecamatan Minggir dan 500 meter dari kantor Kepala Desa Sendangagung. Luas Dusun Bontitan adalah 68,05 hektar yang terdiri wilayah perdusunan seluas 15 hektar dan lahan pertanian seluas 52,05 hektar.
Batas-batas wilayah berupa dusun yang lain di wilayah Sendangagung, jalan, dan persawahan. Batas-batas wilayah Dusun Bontitan adalah :
- Timur : Desa Sendangmulyo
- Selatan : Dusun Brajan
- Barat : Jalan Kebonagung
- Utara : Dusun Minggir
Kependudukan dan Pembagian Wilayah
Jumlah penduduk Dusun Bontitan menurut pendataan pada tahun 2016 ada 945 jiwa yang terdiri dari 447 jiwa penduduk laki-laki dan 498 jiwa penduduk perempuan. Dengan melihat data ini maka Dusun Bontitan memiliki jumlah penduduk terbanyak di Desa Sendangagung. Jika dikelompokkan menurut usia maka dapat dibedakan dalam kelompok :
- Balita : 86 jiwa
- Pelajar : 423 jiwa
- Mahasiswa : 12 jiwa
- Usia produktif : 303 jiwa
- Usia lanjut : 121 jiwa.
Dusun Bontitan dibagi menjadi tiga Rukun Warga yaitu RW 14, RW 15 dan RW 16 dan terdiri dari tujuh Rukun Tetangga. Masing-masing RW terdiri dari dari beberapa RT. Berikut pembagian wilayah pembagian RT :
- RW 14 terdiri dari RT 01 dan RT 02
- RW 15 terdiri dari RT 03 dan RT 04
- RW 16 terdiri dari RT 05, RT 06, dan RT 07
Bontitan dipimpin oleh beberapa kepala dusun atau yang dikenal sebagai Dukuh. Berikut ini adalah Dukuh yang menjabat di Dusun Bontitan :
- Mangun Pawiro
- Atmo Suwito (sampai dengan tahun 1994)
- Rajak Arifin ( 1994 sampai sekarang)
Selain warga yang menjabat sebagai dukuh, di Dusun Bontitan ada beberapa warga yang menjadi pamong kelurahan, diantaranya adalah :
- Karto Pawiro (Pamong Jogo Boyo sebelum kemerdekaan)
- Mento Pawira (Pamong Jogo Boyo sebelum kemerdekaan)
- Kerto Pawiro (Pamong Jogo Boyo sebelum kemerdekaan)
Program-program Dusun
Dalam menjalankan tugasnya, dukuh dan warga Bontitan mempunyai program-program yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan warganya. Program-program tersebut adalah :
1. Program jangka pendek
Melanjutkan pembangunan fisik berupa pengerasan jalan dengan cara paving blok yang masih belum selesai di masing-masing RT. Panjang jalan yang akan dibangun kurang lebih 1.700 meter.
2. Program jangka menengah
Membangun talut jalan di dalam padukuhan yang tergerus air hujan dan air irigasi. Panjang talut kurang lebih 3.400 meter.
3. Program jangka panjang
- Pembangunan fisik berupa pembangunan pagar bumi, membangun rumah tidak layak huni, dan merawat tempat ibadah.
- Membangun ekonomi masyarakat lewat pembentukan kelompok-kelompok ekonomi usia produktif.
- Mengadakan pelatihan-pelatihan bagi warga yang belum mendapatkan lapangan pekerjaan.
- Melestarikan tradisi yang sudah ada. Misalnya kenduri ruwahan, suran, muludan, dan malem selikuran.
Kegiatan Ekonomi
Penduduk Dusun Bontitan sebagian besar menekuni bidang pertanian. Pertanian yang masih menjadi andalan warga adalah pertanian padi. Yang menjadi masalah utama para petani adalah gagalnya panen karena hama tikus. Di wilayah Sendangagung hama tikus sudah meyerang selama beberapa kali masa panen. Hal ini sungguh memperihatinkan karena tidak ada penanganan yang serius baik dari pihak pemerintah desa maupun dari para petani sendiri. Selain padi beberapa warga menekuni pertanian jenis sayuran kacang panjang dan cabai. Pertanian buah yang sudah mulai dirintis adalah melon, semangka, dan mentimun.
Dalam mencukupi kebutuhan hidup beberapa warga menekuni beberapa jenis kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang berbahan dasar bambu adalah besek dan tumbu. Besek merupakan tempat wadah yang digunakan untuk kenduri. Hasil kerajinan besek dipasarkan ke Gesikan Magelang, Kulon Progo dan Pasar Kranggan Yogyakarta. Tikar yang berasal dari mendong juga merupakan produk dari padukuhan ini.
Jenis kerajinan lain yang menjadi hasil kerajinan tangan adalah parut. Pengrajin parut di Dusun Bontitan tidak sebanyak di Dusun Pojok. Marjoko, salah seorang warga Dusun Mandungan adalah seorang pelaku industri kecil yang menghasilkan kawat baja untuk pembuatan parut. Bahan baku utama pembuat kawat parut adalah kawat baja. Melalui proses pengecilan, kawat baja menjadi kecil dan siap untuk membuat parut. Kawat buatan Marjoko merupakan satu-satunya usaha pembuatan kawat parut yang ada di daerah Kecamatan Minggir.
Telur asin merupakan makanan khas dari Bontitan. Hasil usaha pembuatan telur asin ini dipasarkan di daerah Minggir. Samiati dan R. Sri Hartati adalah warga padukuhan yang sudah lama menekuni usaha pembuatan telur asin. Hasil telur asin produksi padukuhan ini dipasarkan di daerah Kecamatan Minggir bahkan sampai daerah Kulon Progo.
Untuk menggerakkan ekonomi, warga Kring 07 Bontitan membentuk koperasi simpan pinjam. Warga yang membutuhkan modal usaha dapat meninjam di beberapa koperasi sesuai dengan jenis usahanya. Beberapa koperasi yang ada di Dusun Bontitan adalah :
- Kelompok perkebunan membentuk Koperasi Sari Langgeng. Koperasi ini mengadakan kegiatan berupa simpan pinjam dan arisan. Pertemuan diadakan setiap hari Rabu Kliwon.
- Kelompok perikanan membentuk Koperasi Sari Agung. Setiap tanggal 19 dalam bulannya para anggota selalu berkumpul untuk melakukan simpan pinjam dan arisan.
- Kelompok Agung Sri Rahayu merupakan kelompok koperasi yang mewadahi kelompok Lumbung Pangan. Pertemuan diadakan setiap malam Senin Pon di Kantor Gedung Lumbung yang merupakan pusat kegiatan koperasi. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah simpan pinjam dan arisan.
Tempat-tempat yang Dikeramatkan
Dusun Bontitan mempunyai beberapa tempat yang oleh warga padukuhan masih dianggap sebagai tempat keramat. Tempat yang dikerampatkan ini berupa sendang atau mata air yang terdapat di sisi dusun sebelah timur.
1. Sendang Kali Jaran
Dahulunya Sendang Kali Jaran merupakan cerukan mata air yang airnya dapat diambil dengan cinthung yang terbuat dari batok kelapa. Dinamakan Sendang Kali Jaran karena di sekitar sendang terdapat pohon jaranan. Sendang terrsebut kini sudah tertutup oleh tanah akibat sering terkena luapan sungai di sampingnya. Warga menganggap sendang ini keramat bahkan tak satupun yang berani menginjak tanah di tempat ini. Sendang Kali Jaran terletak di sebelah timur Dusun Kregan.
2. Sendang Kali Wungu
Salah satu tempat yang dikeramatkan oleh warga sampai saat ini adalah Sendang Kali Wungu. Dinamakan Kali Wungu karena di dekat sendang tumbuh dengan subur pohon wungu. Keberadaan pohon wungu itu tidak pernah mati meskipun sampai dalam keadaan kering pun pohon ini tetap hidup. Sekitar tahun 70-an, ketika ada warga yang mempunyai hajatan dipastikan memasang sesaji di sendang ini. Namun kebiasaan warga memasang sesaji sekarang sudah tidak dilakukan lagi. Letak Sendang Kali Wungu berada di sebelah timur Dusun Kregan.
3. Sendang Kali Thileng
Sendang Kali Thileng berada di tengah Dusun Ngoro-oro tepatnya di RT 07 RW 16. Oleh warga Ngoro-ngoro Sendang Kali Thileng dibangun secara permanen mengingat sendang ini merupakan sumber air bagi warga dusun. Keadaan sendang tersebut tidak pernah kekeringan meskipun pada musim kemarau panjang sekalipun. Meskipun warga dapat mengambil air di sendang ini, namun warga tetap menganggap tempat ini sebagai tempat yang keramat. Warga tidak boleh bertindak yang merusak maupun yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kisah Kepahlawanan Warga pada Masa Perjuangan
Dalam masa perang kemerdekaan ada dua warga dari Dusun Bontitan yang ditembak oleh tentara Belanda, yakni Wiryo Inangun dan Merto Kariyo gugur sebagai kusuma bangsa. Kedua warga ini selalu diingat oleh warga sebagai pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Di kala perang kemerdekaan tahun 1949 Belanda menyasar ke daerah Kebonagung karena di daerah Kebonagung merupakan basis perlawanan Tentara Rakyat Indonesia. Perang berkecamuk antara pihak Belanda yang ingin menguasai Indonesia dengan Tentara Rakyat Indonesia. Serangan bermula dari Dusun Daratan yang letaknya di sebelah timur Kebonagung. Ketika Belanda bergerak ke arah barat, terjadi tembakan yang diarahkan ke para pejuang. Saat itulah Wiryo Inangun tertembak oleh serangan yang dilancarkan oleh serdadu Belanda. Jasadnya dimakamkan di pemakaman umum yang terletak di Bontitan.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa kepahlawanannya, pemerintah Republik Indonesia memberi penghargaan berupa replika bendera merah putih dan bambu runcing. Bendera merah putih dan bambu runcing yang terbuat dari logam disematkan di atas makam Wiryo Inangun sebagai lambang penghargaan pemerintah atas jasa dalam perang kemerdekaan.
Pertempuran perang kemerdekaan juga terjadi di Dusun Ndiro yang sekarang masuk di wilayah Sendangmulyo. Terjadi perang di derah Diro karena Diro dekat dengan pusat kepolisian yang berada di Dusun Kwayuhan. Salah satu korban pertempuran adalah Merto Kariyo yang merupakan warga Kring 07 Bontitan. Jasad Merto Kariyo dikebumikan di pemakaman umum yang terletak di Dusun Plombangan. Di atas pusara makam di pasang replika bendera merah putih dan bambu runcing sebagai tanda penghargaan Pemerintah Indonesia atas pengorbanannya dalam mempertahankan bumi pertiwi.
Prestasi yang Pernah Dicapai
Padukuhan Bontitan pernah meraih dua prestasi yang cukup membanggakan warganya. Salah satu penghargaan yang dicapai adalah sebagai Juara I Perlombaan Antar Padukuhan di tingkat Kecamatan Minggir pada tahun 1976 mewakil Desa Sendangagung. Prestasi ini menjadikan kebanggaan tersendiri bagi warga Kring 07 Bontitan.
Di ajang yang sama yaitu perlombaan antarpadukuhan tingkat Kecamatan Minggir, Padukuhan Bontitan kembali berhasil menyabet juara I pada tahun 1995. Pada masa ini dukuh yang menjabat adalah Rajak Arifin. Kepala Padukuhan berhasil mengajak semua warga untuk menata padukuhan baik secara fisik dan secara kelembagaan sehingga berhasil meyakinkan tim juri dan hasil kerja keras warga membuahkan hasil dengan menjadi Juara I.
Harapan Warga
Salah satu tugas kepala dusun adalah mendengarkan harapan-harapan yang disampaikan oleh warga dusun. Harapan warga dusun bukanlah harapan yang muluk-muluk tentunya, namun harapan yang berkenaan dalam kehidupan sehari-hari. Kepala Dusun Bontitan dapat menangkap semua aspirasi warga dan merangkumnya dalam dua harapan besar.
Harapan yang pertama adalah pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang yang meliputi pembangunan fisik, mental, jasmani, dan rohani. Pembangunan fisik yang dimaksud adalah pembangunan yang dapat menjadi sarana kemajuan ekonomi dan kesejahteraan warga. Pembangunan fisik yang akhirnya berujung pada pembangunan mental dan rohani warga dusun. Pembangunan mental bagi warga Dusun Bontitan dipandang sangat penting karena dengan mental yang baik maka tujuan pembangunan yang mensejahterakan warga akan tercapai.
Selain pembangunan fisik, warga Dusun Bontitan mengharapkan pelayanan publik yang baik dan mengutamakan kepentingan rakyat. Warga masih merasa bahwa pelayanan terhadap masyarakat terutama di daerah pedesaan masih merasa kurang. Hal ini sungguh sangat ironis karena kesadaran pembayaran pajak di wilayah Provinsi Yogyakarta yang di dalamnya terdapat Dusun Bontitan cukup tinggi. Namun kewajiban rakyat yang tinggi rupanya tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik dari pemerintah kepada warganya.
Sumber : Rajak Arifin (Dukuh Bontitan)